Mohon tunggu...
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam proses belajar :)

Semoga bermanfaat 😁 Yuk kunjungi juga https://www.kutukatakutu.blog/

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sekelumit

10 Maret 2021   23:40 Diperbarui: 31 Maret 2021   22:25 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pixabay.com

Di sela-sela padatnya kesibukan, seketika segelintir ingatan datang menyapa. Kukira akan sama seperti sebelumnya, hanya sepintas lalu. Ternyata benar, hanya sepintas lalu. Tapi, ada keharaman rindu yang terselubung di sana. Mulailah aku mencari apa yang menjadi rasa penasaranku itu.

Ditemani dengan rasa lelah dan jenuh yang menumpuk. Menatap layar telepon genggam, berusaha mencari satu nama, dan yap! Berhasil. Melihat setiap hal yang muncul di sana. Oh ternyata, aku juga pernah berkunjung di sini. Menelisik kembali. Ada sedikit rasa yang menyesakkan dada.

Lalu, muncul berbagai pertanyaan dalam benak. Bagaimana kabarnya? Apakah baik-baik saja? Bagaimana pekerjaannya yang sekarang? Bagaimana kuliahnya? Dulu dia bilang akan kuliah sambil bekerja, apa tidak berat ya? Apakah sekarang masih sendiri? Apa dia masih mengingatku? Atau sekedar ingat namaku? 

Apa dia masih dengan orang yang sama dimasa lalu? Bagaimana ya rasanya kalau saat ini aku masih bersamanya? Apakah rasa itu masih sama? 

Bagaimana ya kalau sekarang masih dengannya, apakah dia masih sama seperti dulu? Bagaimana ya cara berkomunikasi kami saat ini, andai masih bersama? 

Apakah masih kaku seperti dulu? Hanya saling bertanya sedang apa, tentang kegiatan di sekolah. Sungguh tak ada yang menarik. Tidak seperti orang-orang yang mampu berbincang banyak hal. Meskipun hanya teman. Eh, sahabat. Kalau sekarang sih, bukan siapa-siapa.

Membayangkan keberadaannya yang pernah menjadi penyemangat dalam jiwa. Meskipun kala itu, bisa saja semua orang masih menganggap rasa itu hanya cinta monyet. 

Tetapi, aku mampu bertahan, hingga titik jenuh menemui. Semua seolah hampa. Kosong. Dan mulai hilang arah. Sepertinya akan sangat indah, jika mampu bertahan hingga hari ini. 

Apalagi sampai ke pelaminan. Berkhayal sungguh semudah itu. Bahagianya memiliki seseorang yang mau berbagi suka dan duka. Terlebih, orang itu sudah bertahun bersama kita. Rasanya, tak ingin lagi mencari sosok yang baru. Cukup dia saja.

Namun, apakah yakin tetap merasa bahagia, sedangkan kebersamaan itu mampu mengundang murka-Nya?

Segera saja kuakhiri nostalgia itu. Sudah cukup. Jadikan sebuah pelajaran, bahwa tak semua kebersamaan yang indah merupakan hal yang diridhoi-Nya. Terlebih, jika itu hanya rasa yang sementara. Sabar, waktu itu akan tiba. Nanti.

Untukmu, semoga kau baik-baik saja ya. Segala urusan diberikan kemudahan, dan tak lupa semoga keberkahan hidup akan senantiasa kau dapatkan.

Selamat malam. Selamat rehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun