Halo Sahabat Kompasiana
Penggunaan Al-Qur'an transliterasi dalam masyarakat memiliki problematika sendiri terutama di Denpasar, Bali. Islam merupakan agama ke dua dengan penganut terbanyak setelah Hindu di Kota Denpasar.Â
Muhammad Musadad melakukan pengkajian pada tahun 2017 bahwa pengguna Al-Qur'an transliterasi di Kota Denpasar adalah kalangan mualaf dan bukan mualaf berusia dewasa hingga lanjut usia. Sulit ditemukan pengguna transliterasi anak-anak, karena pembelajaran Al-Qur'an bagi anak-anak berkembang cukup baik.
Dalam praktiknya, para pengguna tidak begitu memahami simbol-simbol transliterasi. Para pengguna juga memang tidak pernah berusaha mengetahui dan mempelajari lebih jauh tentang apa dan bagaimana cara membaca transliterasi.Â
Kemampuan dasar para pengguna transliterasi tentang huruf hijaiyah sangat rendah, sehingga meyulitkan mereka dalam menerapkan padanan pada huruf latin seperti pada huruf dan  , membuat mereka membutuhkan pendamping yang lebih intensif. Intensitas membaca Al-Qur'an yang minim serta tidak memperoleh pengajaran Al-Qur'an yang baik sejak kecil hingga remaja pun menjadi faktornya. Faktor yang terakhir adalah kurangnya dukungan keluarga tentang pentingnya pembelajaran Al-Qur'an.
Kenyataannya transliterasi juga mengalami problematika di Denpasar yang muslim kalangan mualaf, juga bukan mualaf namun yang berusia dewasa hingga lanjut usia. Mungkin di beberapa tempat juga terjadi problem ini, semoga kita sebagai masyarakat muslim bisa membantu bila kita mampu mengajarkan tetangga, saudara kita yang masih belum lancar dalam membaca Al-Qur'an.
Sekian Sahabat Kompasiana, semoga dapat menambah wawasan Sahabat :)