Jangan sampai kita terjebak dalam mengislamisasi semua tempat wisata. Jangan sampai gagasan wisata halal justru menyinggung penduduk lokal sebagai pemegang warisan budaya tersebut. Tapi meskipun demikian, tidak ada salahnya juga jika pengelola wisata bersedia menyediakan kebutuhan-kebutuhan wisatawan yang mungkin sebagian besar beragama Islam. Asalkan tidak mengganggu eksistensi tempat wisata tersebut, saya kira sah-sah saja. Misalnya lokasi wisata Pura/Candi menyediakan satu ruang disebelah toilet di luar zona inti (atau di area zona penunjang) untuk tempat ibadah bagi wisatawan Islam.
Pada intinya, kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pada pengelola wisata, namun kita sebagai wisatawan juga seharusnya paham akan tempat wisata yang akan kita kunjungi. Kita perlu mempelajari lokasi wisata seperti apa yang akan kita kunjungi dan konsekuensi apa yang akan kita dapatkan jika kita kesana. Bagaimana karakter lokasi tersebut, sehingga kita tidak terjebak dalam menyalahkan pengelola wisata. Jangan lupa membawa perbekalan makanan untuk berjaga-jaga jika di lokasi wisata kita tidak menemukan makanan halal.
Selamat berwisata sahabat kompasiana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI