Menulis dapat menjadi pilihan efektif sebagai terapi karena: tidak semua orang mudah untuk curhat; ketika meluapkannya kepada orang lain, cenderung tidak mudah disampaikan secara blak-blakan; serta dengan menulis otomatis tidak merepotkan orang lain untuk mendengarkan curhatan kita (www.daaruttauhiid.org).
Terapi menulis atau Expressive Writing yang lebih menekankan kepada emosional dilakukan secara gaya bebas tanpa memperhatikan jenis tulisan maupun tata bahasa. Begitu juga dengan apa yang sedang saya lakukan sekarang.
Saya tidak mempedulikan alur, fokus, maupun akhir dari tulisan ini. Saya hanya ingin mengalir begitu saja entah ada yang membacanya atau tidak. Saya tidak mempedulikan itu.
Saya hanya bisa merasakan setelah saya menulis ini ada perasaan lega dan puas menyelimuti saya. Setidaknya rasa jenuh dan putus asa sedikit berkurang dan berharap lambat laun menghilang.
Tapi kalau rasa jenuh dan putus asa menghilang, lalu saya akan berhenti menulis lagi dari Kompasiana dong? maunya sih enggak ya. Duh galau...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H