Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulau Sibandang, Pesona Heritage of Toba yang Layak Dikunjungi

15 September 2021   13:26 Diperbarui: 15 September 2021   14:32 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018

Danau Toba merupakan salah satu kekayaan Alam dan Budaya 'Wonderful Indonesia' yang kini diakui sebagai Geopark Global UNESCO. Sebagai salah satu dari 10 Destinasi  Super Prioritas (DSP), Pesona Danau Toba memang tidak pernah pudar. Kita bisa menikmatinya dari berbagai sisi sambil menikmati berbagai sajian khas Toba mulai dari Arsik ikan Mas, sambal Tuktuk, kopi Silintong dan Sidikalang, atau sekedar mencicipi mangga Toba.

Beberapa lokasi yang menampilkan keindahan 'Heritage of Toba' bisa dimulai dari Parapat dengan pondok-pondok pinggir danaunya, Puncak Simarjarunjung dengan foto ala-ala selebgram, atau dari sisi Desa Silalahi, Kabupaten Dairi dengan pesona Paroponya. Belum lagi dari sisi Pulau Samosir dan tentu masih banyak lagi spot-spot menarik lainnya.

Keindahan Toba dengan berbagai budaya dan pesona alamnya juga bisa dinikmati salah satunya di Pulau Sibandang. Pulau Sibandang atau disebut juga dengan Pulau Pardepur merupakan salah satu pulau di kawasan Danau Toba yang berlokasi di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Pulau tersebut merupakan pulau terbesar kedua di Kawasan Danau Toba setelah Pulau Samosir. 

Untuk menuju ke Pulau Sibandang tersebut kita bisa menaiki kapal Feri dari Pelabuhan Muara dengan ongkos yang relatif murah. Hanya memerlukan waktu 15 menit, kita bisa berlabuh ke pulau tersebut. Tidak ada jalur mobil, hanya ada jalur setapak untuk pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Tentu untuk menikmati pulau tersebut dibutuhkan stamina yang kuat karena ada beberapa tanjakan dari pelabuhan Sibandang. 

Di Pulau Sibandang terdapat 3 desa dan yang paling banyak mendapatkan minat dan perhatian adalah Desa Sibandang. Desa Sibandang tepat berada di tepi danau dan singgahan Kapal Feri. Di Desa Sibandang tersebut terdapat beberapa destinasi wisata terutama terkait budaya Batak, pun wisata alamnya juga bisa sekaligus dinikmati. Beberapa destinasi tersebut di antaranya:

1. Rumah Tradisional Sibandang

Terdapat sederet rumah tradisional yang mencirikan etnik Batak di Desa Sibandang tersebut. Rumah tradisional dengan model rumah panggung tersebut disangga dengan tiang-tiang kayu serta tangga pintu masuk rumah. Pada bagian bawah atau kolong bangunan biasanya difungsikan untuk menyimpan kayu atau untuk kandang ayam.

Pada bagian dinding rumah terbuat dari kayu dan terdapat ornamen-ornamen seperti gorga, ayam, flora, maupun motif lainnya. Pada bagian kerangka atap juga terbuat dari kayu, namun sayang bagian atapnya tidak lagi dibuat dari ijuk dan sudah diganti dengan atap seng. 

Biasanya yang menempati rumah tradisional tersebut adalah seorang Raja pendiri desa/kampung beserta keluarga dan keturunannya. Begitu juga dengan rumah-rumah tradisional yang ada di Desa Sibandang yang sebagian besar dimiliki oleh keturunan Marga Raja Gukguk yang merupakan pendiri Desa Sibandang. 

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018

2. Pagar Batu Huta Sorsor Silintong

Tidak jauh dari Desa Sibandang, terdapat huta (kampung) lama milik Marga Raja Gukguk. Menurut informasi masyarakat setempat sebelum adanya Desa Sibandang, dulunya masyarakat bermukim di Huta Sorsor Silintong. Kampung lama tersebut dibatasi oleh bangunan pagar yang terbuat dari batu-batu alam yang disusun rapi mengelilingi huta.

Meskipun kondisinya terlihat kurang terawat, namun pagar batu tersebut bisa dijadikan spot menarik untuk latar foto. Selain daya tarik view yang bagus, pagar batu Huta Sorsor Silintong juga menyimpan cerita masa lalu masyarakat setempat yang juga menarik untuk diceritakan.

Pagar batu Huta Sorsor Silintong dilengkapi dengan pintu masuk depan dan pintu keluar yang ada di bagian belakang. Tentu kita juga akan dibuat penasaran, apa yang ada di bagian dalam pagar batu tersebut. Setelah kita memasuki pintu masuk yang hanya seukuran tubuh manusia tersebut, kita disambut dengan area luas bertingkat dengan satu rumah tradisional yang tertinggal.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018
3. Losung Batu dan Rumah Tradisional

Di bagian dalam pagar batu Huta Sorsor Silintong terdapat satu rumah tradisional yang dihuni oleh pewaris Marga Raja Gukguk. Rumah tradisional tersebut tidak jauh berbeda bentuknya dengan rumah tradisional yang ada di Desa Sibandang. Rumah tradisional tersebut terbuat dari kayu dengan bentuk rumah panggung dan atap melengkung. 

Masyarakat Batak dulunya sebagian besar adalah seorang petani. Salah satu buktinya dapat dijumpai dengan adanya losung batu di Huta Sorsor Silintong. Losung (lesung) batu yang diletakkan di depan rumah tradisional tersebut berbentuk menyerupai waruga dengan tinggi kurang lebih 80 cm.

Pada bagian atasnya terdapat lubang yang hanya memiliki kedalaman sekitar 15 cm dengan lubang bulat dibagian tengahnya. Di lubang bulat itulah biasanya masyarakat Batak dulu menumbuk padi. Meski kondisinya sudah banyak ditumbuhi jamur dan lumut namun bisa dikatakan masih sangat baik dan patut untuk dilestarikan.

Selain rumah tradisional dan losung batu, di bagian belakang Huta Sorsor Silintong juga terdapat batu persidangan, namun kondisinya sudah banyak yang aus. Beberapa batu sudah berserak dan tidak lagi tersusun rapi. Bahkan beberapa di antaranya sudah terbenam tanah.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018

4. Batu Hundul

Di antara Pelabuhan dengan Desa Sibandang terdapat batu persidangan yang disebut dengan Batu Hundul. Batu Hundul atau masyarakat setempat menyebutnya dengan batu Partungkoan ini adalah tempat persidangan masyarakat setempat yang biasanya dalam persidangan tersebut dipimpin oleh seorang Raja huta. Batu Hundul tersebut dibuat dari batu yang dibentuk seperti kursi dan berjumlah 7 dengan formasi setengah lingkaran. 

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sumatera Utara, 2018

***

Setelah menikmati beberapa destinasi wisata tersebut tentu lelah akan sangat dirasakan. Setidaknya kita memerlukan waktu kurang lebih setengah hari untuk sekedar menikmati dan mengelilingi Desa Sibandang dengan segudang pesonanya. 

Desa yang berada di perbukitan tersebut memiliki udara yang sejuk dengan view Danau Toba yang membentang luas di sela-sela pepohonan. Lelah akan terasa terobati dengan menikmati pemandangan Danau Toba dari Pulau Sibandang.

Setelah kita melepas lelah, kita dapat kembali menyeberang ke Pelabuhan Muara dengan Kapal Feri. Kita bisa menikmati santapan makan siang di Kota Muara sebelum akhirnya meninggalkan Muara dan Pulau Sibandang dengan segala pesonanya itu. 

Selamat berwisata dan salam budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun