Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Memasak Lemang ala Ibu-ibu Sangkilon, Padang Lawas Sumatera Utara

4 Agustus 2021   07:02 Diperbarui: 4 Agustus 2021   09:02 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pribadi, 2019

Bambu-bambu tersebut diambil dari pohon-pohon bambu yang ada di sekitar Biaro Sangkilon. Bagaimana ibu-ibu tersebut mencari dan mengambil bambu? wah saya sendiri tidak terbayangkan. Kebiasaan/skill memegang dan menggunakan parang tentu sangat diperlukan dalam situasi tersebut.

Sementara untuk daun pisang sebagai pelapis bambu, diambil dari pohon-pohon disekitar rumah mereka, karena di sekitar biaro/candi hanya ada pohon-pohon sawit. Oya, untuk mencuci beras ketan tersebut kebetulan saya tidak ikut menyaksikan. 

Air yang digunakan apakah dibawa langsung dari rumah ataukah diambil dari sungai besar yang mengalir di sekitar biaro/candi. Saya hanya berfikir jika air cucian dibawa dari rumah tentu akan sangat disayangkan. Untuk apa membawa air jauh-jauh dari rumah hanya sekedar untuk mencuci, bukankah lebih bermanfaat jika digunakan untuk minum. Apalagi cuaca yang begitu terik saat itu.

Di sela ibu-ibu yang sedang mengisikan beras ketan ke dalam bambu, ada ibu-ibu yang juga disibukkan dengan bara api agar tetap menyala dan juga ibu-ibu yang sedang memeras santan. Air santan yang sudah siap lalu dimasukkan ke dalam ceret/teko dan secara perlahan mulai dituangkan pada beras ketan dalam bambu yang sudah terpanggang di atas bara api. Perlahan-lahan santan dituangkan agar rata dan meresap sampai ke bagian bawah. 

Sambil terus menjaga bara api agar tetap menyala, air santan terus dituangkan ke dalam bambu. Saya juga ikut mencoba menuangkan santan tersebut. Dan ternyata, panas. Karena bara api yang terus menyala memang membuat sedikit kerepotan kala kita memasukkan air santan tersebut. Triknya, perlu menghindari arah angin agar terhindar dari panas asap api yang dirasakan. 

Setelah kurang lebih 30 menit dan bambu sudah mulai berwarna kecoklatan, lemang sudah siap untuk diangkat. Setelah diangkat perlu didiamkan beberapa saat agar kita mudah untuk membelahnya. Setelah bambu dibelah, lemang dengan bungkusan daun pisang pun kemudian dikupas dan dipotong. Hidangan lemang ala ibu-ibu Sangkilon siap disajikan dengan air gula merah. 

Setelah tim melakukan ekskavasi lalu berkumpul sejenak untuk menikmati lemang ala ibu-ibu Sangkilon tersebut. Rasanya, mmm... tentu nikmat sekali. Apalagi lokasi situs yang jauh dari permukiman penduduk, tentu makanan apapun akan terasa nikmat apalagi jika dinikmati bersama-sama. 

Salam budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun