Kala itu saya bersama teman-teman mengunjungi 'Festival Arung Pamalayu Merayakan Dharmasraya' yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2019. Dalam festival tersebut dihadiri oleh ribuan warga dan siswa dari berbagai penjuru wilayah Kabupaten Dharmasraya.Â
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Bupati Dharmasraya bersama dengan para tokoh adat tersebut dilaksanakan di area Situs Pulau Sawah, Dharmasraya. Dalam kegiatan festival tersebut dimeriahkan oleh berbagai stand dan pameran dari berbagai kantor dinas termasuk juga kantor kami, Balai Arkeologi Sumatera Utara (Rumah Peradaban Dharmasraya).Â
Di salah satu stand, terdapat satu tempat yang dikelola oleh ibu-ibu Dharma Wanita Dharmasraya. Uniknya dalam kegiatan tersebut ibu-ibu itu membagikan satu makanan yang asing menurut saya. Konji Barayak. Itulah namanya setelah saya bertanya dengan salah satu ibu disana.
Konji Barayak ini seperti bubur candil berwarna putih dan uniknya makanan tersebut disajikan dalam wadah yang terbuat dari batok kelapa. Pun sendoknya juga dibuat dari batok kelapa, terkadang juga dari daun pisang.Â
Konji Barayak dibuat dari tepung beras dengan santan yang dimasak bersamaan dengan bumbu lain seperti gula pasir, vanili, garam secukupnya dan daun pandan. Teksturnya seperti bubur candil namun berwarna putih bak bubur sumsum.
Rasanya jangan ditanya. Enak banget, manis namun tidak terasa eneg. Rasanya ingin tambah terus ketika itu, namun sayang masing-masing orang hanya bisa mendapatkan satu mangkok saja. Setelah dimakan, wadah harus dikembalikan tentunya karena permintaan Konji Barayak yang begitu banyak sedangkan wadahnya terbatas. Bersyukur bisa merasakan makanan khas tersebut.
Menurut informasi dari ibu-ibu Dharma Wanita, Konji Barayak merupakan makanan khas Dharmasraya dan sering disajikan ketika ada acara-acara penting seperti kegiatan festival Arung Pamalayu tersebut. Biasanya makanan ini dimasak ramai-ramai.
Namun demikian, sebenarnya Konji Barayak ini merupakan makanan Khas Kuantan Singingi (Riau). Makanan ini disajikan turun temurun dalam tradisi Bakonji. Tradisi Bakonji merupakan tradisi memasak bubur dalam rangka melakukan kegiatan yang dilakukan bersama-sama masyarakat. Â
Konji Barayak sering disajikan saat masyarakat melaksanakan kerja bersama atau gotong royong, turun ke sawah, membangun rumah, mesjid, pesta rakyat serta menyambut tamu-tamu kehormatan. Secara tak langsung Konji Barayak merupakan makanan yang melambangkan semangat persatuan dan kebersamaan (Sumber: amanahnews.com).Â
Tidak hanya Kuantan Singingi (Riau) saja yang sering menyajikan Konji Barayak tersebut, masyarakat Dharmasraya pun demikian. Hal ini tidak mengherankan karena wilayah Kabupaten Kuantan Singingi (Riau) berbatasan langsung dengan Kabupaten Dharmasraya (Sumatera Barat). Tentunya secara budaya dua kabupaten tersebut berdekatan dan tidak jauh berbeda.
Meskipun masyarakat Kuantan Singingi beretnis Melayu sedangkan Dharmasraya adalah Minang, namun demikian budaya mereka bisa dikatakan hampir mirip. Sama halnya tempat-tempat lain yang berbeda budaya namun berlokasi berdekatan. Perpaduan budaya kerap terjadi dan tidak perlu saling klaim.Â
Yang harus kita jaga adalah tetap melestarikan budaya tersebut, termasuk tradisi Bakonji dalam wujud Konji Barayak. Semoga makanan khas Kuantan Singingi (Riau) dan Dharmasraya (Sumatera Barat) tersebut tetap lestari sampai anak cucu kelak. Salam Budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H