Dalam proses analisis para arkeolog sangat perhatian akan bahan dan teknik pengerjaannya. Itulah tidak mengherankan apabila mereka mengumpulkan artefak-artefak bahkan sampai benda yang sekecil-kecilnya. Dari temuan pecahan keramik saja apabila didapatkan motif dan tekstur bahannya, maka bisa diketahui kapan masa dan asal keramik tersebut. Tentu hal itu dilakukan oleh para arkeolog yang pakar akan ilmu keramik. Begitu juga dengan temuan lainnya.Â
Tidak sedikit memang pecahan-pecahan tersebut memiliki label unidentified. Biasanya pelabelan tersebut didasarkan akan konteksnya. Ya... para peneliti atau arkeolog sangat tergantung dengan konteks ditemukannya artefak-artefak tersebut. Di lokasi mana benda tersebut ditemukan, di spit/layer/lot berapakah, di dekat artefak apa, apa saja temuan penyerta lainnya, dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain. Itulah perlunya kehati-hatian dalam proses pengumpulan data tersebut.
Nama administratif menjadi hal yang wajib dilakukan oleh para arkeolog. Pelabelan nama-nama kotak ekskavasi maupun artefak yang ditemukan merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Apabila hal itu terlupakan ataupun hilang maka artefak-artefak yang ditemukan menjadi tidak ada gunanya sama sekali atau bisa dikatakan artefak yang terlepas dari konteksnya.
Begitulah sedikit hal dari sekian banyak proses yang harus dilakukan oleh para arkeolog. Dan biasanya muncul pertanyaan berikutnya, "saya punya banyak tu pak/bu pecahan-pecahan gerabah atau keramik tersebut, bapak/ibu mau? biar saya bawa kesini saja".Â
"Tidak pak, tidak usah. Gak usah repot-repot. Cukup yang kita temukan saja".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H