Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berburu Keramik di Pasar Keramik Belawan, Tampak Lengang

11 Juli 2021   06:47 Diperbarui: 11 Juli 2021   06:50 1741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ke Belawan yuk?", kata suami pagi itu. 

"Ha? Serius??? yuk lah", bergegas saya beranjak dari tempat tidur dan bersiap diri sebelum suami berubah pikiran lagi. 

Belawan merupakan satu kawasan di Medan, Sumatera Utara yang jaraknya kurang lebih 25 km dari pusat kota menuju arah pantai Selat Malaka. Belawan merupakan suatu pelabuhan dimana banyak kapal laut singgah untuk bongkar muat di pelabuhan tersebut.

Arah menuju ke Belawan selain jalur utama juga dapat ditempuh via tol. Jalanan menuju Belawan memang cukup padat. Truk-truk besar banyak yang mengarah kesana. Bangunan-bangunan pabrik sebagai kawasan industri menambah keruwetan lalu lintasnya. 

Untung siang itu cuaca terlihat cukup mendung dan bersahaja. Jika tidak panas terik matahari begitu menyengat dengan abu knalpot yang memenuhi sepanjang jalan Medan-Belawan. Cukup memakan waktu kurang lebih 1,5 jam akhirnya kami sampai di kawasan Belawan.

Di awal masuk kota tepatnya di Jl. Sumatera sudah disambut dengan stasiun kereta api yang didepannya juga berdiri pelabuhan besar. Lalu tidak jauh dari itu, pusat pasar mulai terlihat sibuk di sepanjang jalan raya sampai di rel-rel kereta api. Kurang lebih 500 meter dari lokasi pasar, terdapat deretan ruko yang menjual barang-barang keramik. Lokasi tersebut tepatnya berada di sepanjang Jl. Simalungun dan di simpang Jl. Veteran. 

Tampak Lengang. Itu kesan pertama kala kami sampai di tempat tujuan. Inikah tempatnya? pertanyaan yang pertama kali terlintas dalam pikiran saya. Kok beda ya? 

Sebenarnya ini bukan kali pertamanya saya kesana. Sekitar tahun 2011 saya bersama teman-teman kantor pernah juga pergi ke tempat penjualan keramik-keramik tersebut. Kala itu suasana cukup ramai dan sibuk. Banyak ruko-ruko yang buka menawarkan berbagai dagangan mereka. Terutama tepat di simpang Jl. Veteran tersebut jalanan cukup padat dan macet. 

Kesan saya waktu itu lokasi penjualan keramik tersebut adalah suatu pusat pasar (orang Medan menyebutnya pajak). Namun saat ini karena tampak lengang, saya sedikit meragukannya. Inikah tempatnya? Mulai saya amati sekitar dan memang benar, inilah tempatnya. Beberapa ruko yang pernah kami kunjungi kala itu masih terlihat sama sampai saat ini. Begitu juga dengan ruko-ruko yang berada di belakang jalan masih juga tampak sama, hanya bedanya sudah tutup saja (atau mungkin sedang tutup). 

Entah apa penyebabnya. Mungkin karena sedang pandemi covid 19 sehingga omsetnya banyak menurun ataukah pemasoknya yang mulai susah dicari. Memang keramik-keramik tersebut merupakan barang import yang dibawa melalui kapal-kapal laut. Apapun kendalanya yang jelas kondisinya sudah sangat berbeda dengan 10 tahun silam.

Suasana tampak lengang (Sumber: Pribadi, 2021)
Suasana tampak lengang (Sumber: Pribadi, 2021)
Hanya terlihat tidak kurang dari 10 ruko saja yang membuka toko mereka. Itupun sangat sepi pembeli. Bahkan kami bisa sangat leluasa kesana kemari karena tidak harus bejibun dengan banyak pembeli. Kami mulai singgahi satu persatu ruko yang menjual barang-barang keramik tersebut. 

Beberapa keramik yang dijual biasanya berupa perlengkapan rumah tangga mulai dari piring, cangkir, mangkok, maupun sendok dengan berbagai ukuran dan motif hiasnya. Begitu juga dengan hiasan dinding, pernak-pernik, vas bunga, maupun pot-pot untuk tanaman. Pembeli bisa bebas memilih sesuai selera karena memang banyak varian yang dijual disana. 

(Sumber: Pribadi, 2021)
(Sumber: Pribadi, 2021)
Kisaran harganya bisa variatif mulai dari puluhan ribu, ratusan ribu, hingga jutaan rupiah. Tentunya hal itu berdasarkan ukuran, bahan maupun kerumitan pengerjaannya. Harga-harga tersebut merupakan harga tawar yang diberikan penjual sehingga transaksi yang dilakukan dengan cara tawar menawar dengan penjualnya tersebut. 

Kebetulan karena hobi kami adalah menanam tanaman hias, jadi tujuan kami ke pasar keramik Belawan adalah untuk mencari pot-pot tanaman. Dengan menawar kesana kemari akhirnya kami bisa mendapatnya beberapa varian pot tanaman dengan harga satu set pot keramik cina (biru putih) Rp.100.000,-. Sedangkan pot lainnya memiliki ukuran yang lebih besar dengan jenis pengerjaan dan motif yang berbeda didapat dengan harga Rp.300.000,-.

(Sumber: Pribadi, 2021)
(Sumber: Pribadi, 2021)
Di pasar keramik Belawan tersebut sebenarnya tidak hanya menjual keramik saja. Terdapat berbagai jenis parfum, tas-tas, maupun makanan ringan yang semuanya import. Namun memang yang paling dikenal masyarakat umum tentang lokasi tersebut adalah dengan penjualan keramiknya. 

Setelah kiranya apa yang kami cari sudah didapatkan lalu kami meninggalkan lokasi tersebut dan sekedar keliling untuk menikmati kota Belawan. Tidak lama dari itu kami kembali ke Medan. Cukup melelahkan memang, namun saya sangat puas karena sudah bisa mengunjungi pasar keramik Belawan lagi. 

Selamat berakhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun