Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kompleks Makam Kuno Sutan Nasinok Harahap, Bukti Keberadaan Makam Kuno Masyarakat Angkola

5 Juli 2021   07:21 Diperbarui: 5 Juli 2021   07:32 1494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Sutan Nasinok Harahap (Dok. Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2018)

Prasasti tersebut tepatnya ditemukan di gundukan makam yang kini sudah dibangun beton dan diberi cungkup. Sutan Nasinok Harahap merupakan tokoh penting dalam masyarakat Angkola terutama marga Harahap. 

Beliau merupakan pendiri dari kampung tersebut, sehingga sangat dihormati oleh keturunannya maupun masyarakat umum yang bermarga Harahap. 

Salah Satu Model Pemakaman Kuno (Dok. Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2018)
Salah Satu Model Pemakaman Kuno (Dok. Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2018)
Terkait sistem penguburannya, masyarakat Angkola memiliki tradisi penguburan yang sangat unik. Dalam satu gundukan tersebut bisa terdiri dari beberapa jenazah yang dimakamkan. 

Dalam proses penguburannya mereka mengenal tradisi yang dinamakan roto. 

Tradisi roto dilakukan dengan jenazah dipikul oleh beberapa bahkan banyak orang sambil bernyanyi selama 7 hari, tentunya dilakukan secara bergantian. Jenazah yang akan dimakamkan tersebut dalam upacara roto ditutupi dengan kain ulos. 

Apabila yang meninggal adalah seorang raja maka kegiatan 7 hari tersebut dilakukan dengan memotong kerbau sebanyak 7 ekor. Namun jika yang meninggal keturunannya maka cukup dengan 1 ekor kerbau saja. 

Kemudian kerbau tersebut disajikan dan dipersembahkan kepada yang meninggal. Dalam proses pemakaman, maka meriam akan dibunyikan lalu jenazah dibawa ke pekuburan dengan cara digilir bersambung. Masyarakat harus berbaris dari rumah duka sampai ke kuburan untuk menunggu giliran membawa jenazah.

Satu hal yang unik dari sistem penguburan masyarakat Angkola, jenazah tersebut dimakamkan tidak dengan cara menggali tanah. Jenazah diletakkan di atas tanah lalu ditimbun dalam gundukan lalu bagian pinggirnya dibatasi oleh batu-batu besar berbentuk pipih persegi. 

Tradisi tersebut pada akhirnya hilang setelah agama Islam/Kristen masuk di wilayah Angkola dan yang tersisa sekarang adalah tinggalannya yang berupa makam kuno. 

Budaya dan tradisi terus berkembang dan mengalami perubahan. Bukti perubahan itu dapat dilihat dari sisa-sisa tinggalannya. Dengan tinggalan artefaktual tersebut dapat dijadikan refleksi dan renungan bahwa nenek moyang kita dulu sangat agung dan luhur akan budaya. Patut kita apresiasi dan kita banggakan. Salam budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun