Ketika saya mengunjungi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sekitar seminggu yang lalu, pengamatan saya langsung tertuju pada tinggalan artefaktual dari Kepurbakalaan Hindu-Buddha Padang Lawas. Banyak temuan arca-arca batu dan prasasti yang dikumpulkan di museum tersebut. Satu persatu saya amati. Umumnya arca-arca batu tersebut ditempatkan dibagian belakang luar gedung pameran dan terkesan terletak begitu saja. Mungkin karena museum tersebut masih dalam tahap renovasi sehingga terkesan asal-asalan dalam memamerkannya.
Saya terlintas mencari Prasasti Tandihat 2, kemana prasasti tersebut diletakkan. Saya berkeliling namun tidak menemukan prasasti tersebut. Mungkin sudah dipindahkan atau ditempatkan di ruang pamer lainnya. Saya tidak tau, karena juga tidak bisa berkeliling museum secara leluasa sedangkan saat itu museum sedang mati lampu dan memang belum terbuka untuk pengunjung umum karena masih tahap renovasi.
Prasasti Tandihat 2 merupakan salah satu dari sekian temuan yang ditemukan di wilayah Kepurbakalaan Hindu-Buddha Padang Lawas, Sumatera Utara. Prasasti tersebut tepatnya ditemukan di area Candi atau masyarakat setempat menyebutnya dengan Biaro Tandihat II, di Desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Prasasti tersebut merupakan prasasti pendek yang dituliskan pada paha kiri depan arca singa. Sayangnya arca singa tersebut hanya tinggal bagian bawahnya saja, tidak terlihat lagi bagian atas/kepalanya.Â
Dari hasil pembacaan (menurut Nasoichah, 2008) dalam publikasinya berjudul "Latar Belakang Penulisan Prasasti Tandihat 2 Pada Paha Kiri Depan Arca Singa" yang diterbitkan pada Jurnal Berkala Arkeologi Sangkhakala No. 21 2008, menyebutkan bahwa Prasasti Tandihat 2 bertuliskan "Buddha i swakarmma" yang diartikan Buddha dengan sebab akibatnya sendiri untuk penderitaan dan kebahagiaan.Â
Kalimat "Buddha i swakarmma" dalam penulisan prasasti Tandihat II merupakan bahasa Melayu kuno yang merupakan turunan dari bahasa Proto-Austronesia. Meskipun kata Buddha dan svakarmma merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta, namun dengan adanya kata i yang merupakan preposisi dari kalimat tersebut, dan dalam bahasa Sansekerta tidak dijumpai adanya pola pemakaian kata i, maka jelas bahwa kalimat pada Prasasti Tandihat II tidak berbahasa Sansekerta. Secara keseluruhan kata "Buddha i swakarmma" dapat diartikan sebagai Buddha dengan perbuatan (karma) nya sendiri.
Tidak diketahui kronologi waktu atau masa pemerintahan (raja) siapakah prasasti tersebut dibuat dan digunakan. Namun berdasarkan konteks ditemukannya dapat diperkirakan prasasti tersebut ditulis pada abad11-14 Masehi. Hanya dapat dipastikan bahwa agama yang dianut pada masa itu adalah agama Buddha.Â
Terkait media penulisan Prasasti Tandihat 2, pada umumnya arca singa pada bangunan-bangunan candi dijadikan sebagai tokoh penjaga yang diletakkan di samping kanan/kiri pintu masuk ruang candi. Umumnya arca singa tersebut dalam posisi duduk dengan sepasang kaki depannya tegak mendukung beban berat badan. Arca penjaga biasanya berfungsi sebagai penjaga keselamatan dan penolak bala, sehingga para pemuja dalam melakukan upacara (ibadah) dapat merasa nyaman dan tidak mendapat gangguan.
Pada kesimpulannya, Prasasti Tandihat 2 merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai suatu maksud yaitu selain untuk penyiaran agama Buddha, juga untuk menambah kekuatan pada arca singa itu sendiri dalam melindungi bangunan suci, dalam hal ini Candi/Biaro Tandihat II.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H