Ketika kami survei arkeologi ke Desa Aornakan I, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat, kami disambut oleh masyarakat setempat dengan sangat ramah.Â
Setelah berkordinasi dengan mereka, kami melanjutkan perjalanan ke suatu tempat yang disebut dengan kuta lama yang terdapat mejan (batuan berukir yang difungsikan masyarakat Pakpak pada masa lalu) serta perabuennya.Â
Perjalanan tersebut membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dengan berjalan kaki. Medan yang kita lalui cukup terjal bahkan ada di antara kami yang terpeleset karena turunan yang licin.Â
Tak disangka, sesampai kami di tempat permukiman penduduk tepatnya di rumah keluarga Pak Camat, kami disambut dengan jamuan makan siang. Sajian yang menurut kami sangat mengejutkan dihidangkan di depan kami. Pelleng. Ya... itulah nama dari sajian makanan yang dihidangkan kepada kami. Warna kuning menggunung dengan sedikit sambal di atasnya menjadi pertanyaan kami.Â
Pelleng merupakan makanan khas tradisional etnis Pakpak di Sumatera Utara. Makanan ini disajikan ketika acara adat maupun acara keluarga yang bersifat sakral. Pelleng biasa disajikan pada acara hajatan atau peristiwa penting dalam keluarga atau desa seperti pada saat melaksanakan ujian, mencari kerja, pergi merantau, hajatan, hingga perang.Â
Pelleng biasanya dilengkapi dengan daging sebagai lauknya. Daging yang digunakan adalah ayam kampung. Ayam kampung tersebut dipotong-potong dan dimasak kuah kari dengan potongan kentang sebagai pelengkapnya.Â
Biasanya kepala ayam kampung dan bagian dagingnya disajikan pertama kali di hadapan orang yang paling dihormati di acara tersebut. Tentunya ketika kami semua diberi hidangan Pelleng tersebut, kepala ayam diberikan pertama kali kepada ketua Tim Penelitian. Setelah ketua tim mengambil potongan ayam tersebut, lalu ayam tersebut dibagikan kepada yang lainnya.
Semoga keluarga Pak Camat (yang menjamu kami), masyarakat di Desa Aornakan I, dan masyarakat Pakpak secara umum sehat selalu, sukses, terkabul apa yang menjadi harapannya, dan selalu berjaya di kemudian hari. Amin. Njuah njuah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H