Bangsa yang hebat adalah bangsa yang tak lupa akan sejarah masa lalunya agar tak menjadi kacang yang lupa akan kulitnya. Sebuah pepatah yang seharusnya menjadi cambuk Bangsa Indonesia agar tidak menjadikan diri lupa akan asal-usulnya.Â
Seperti telah diketahui bahwa Bangsa Indonesia terbentuk dari berbagai etnis atau suku bangsa berbeda-beda yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Etnis atau suku bangsa tersebut tersebar hampir di seluruh pulau dan kepulauan Nusantara diantaranya etnis Aceh, Batak, Minang, Jawa, Sunda, Bali, Banjar, Bugis, Maluku, dan masih banyak lainnya.
Masing-masing etnis tersebut mendiami suatu wilayah dengan ciri khas dan karakteristik yang berbeda-beda.Â
Perbedaan karakteristik tersebut terlihat dari berbagai aspek kehidupan misalnya cara berpakaian, adat istiadat yang digunakan baik saat upacara pernikahan, kematian, atau saat pesta panen dan masih banyak yang lainnya. Hal lain yang sangat menonjol untuk membedakan karakteristik antara etnis satu dengan etnis lainnya adalah dari segi bahasa.
Baca juga : Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia, dan "Keminggris"
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.Â
Menurut Abdul Chaer dan Leonie Agustina dalam bukunya Sosiolinguistik dan Perkenalan Awal, bahasa dapat juga disebut sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi ini bertujuan agar pesan yang disampaikan penutur dapat diterima baik oleh penerima atau pendengar.
Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis atau suku bangsa telah memiliki alat pemersatu bahasa, yaitu bahasa Indonesia.Â
Dengan adanya bahasa Indonesia inilah masing-masing antar etnis dapat saling berkomunikasi dan berinterkasi dengan baik sehingga kerjasama dan keterbukaan dapat tercipta.Â
Namun seiring dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu, tidak seharusnya berbanding terbalik dengan penggunaan bahasa daerah.
Ditambah lagi dengan adanya era globalisasi dan modernisasi, bahasa Inggris mulai mendominasi bahasa komunikasi terutama di kota-kota besar dan membuat bahasa daerah semakin terpinggirkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!