Mohon tunggu...
Chung Cha
Chung Cha Mohon Tunggu... -

learner, belajar dari setiap jeda

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Sebuah Kota (2)

18 Desember 2010   10:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota ini telah berpinak prahara Diseluruh penjuru... Di sudut-sudut kota penuh luka, berlipat duka...

Angin berhembus kencang Mengusung rindu kerontang Berserakan... Menghantar rintihnya yang mengekang Tatkala rindu sungguh mengharu Selalu, lelaki mengajari merajah rindu...

“Kang mas... Penyakit aneh ini telah sedemikian hingga menggerogoti tubuhku. Aku membenci meskipun indahnya aku rindu... Biarkan aku membawanya pulang ke desa menemaniku diujung senja...” perempuan ini berucap lirih

Tercekat, segala yang dikenai waktu terhenti.....!

“Kang mas... Kau lihatlah! Aku kini dibawah bintang.. Tak peduli ia sembunyikan wajahnya, aku merasakan hangatnya...” begitulah perempuan ini memupuri diri

Di belantara sunyi hamparan ilalang... Rindu merobek-robek palung hati Tentang sebuah kota, lukisan di satu purnama Dimana pernikahan sunyi seharusnya terjadi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun