Kota ini telah berpinak prahara Diseluruh penjuru... Di sudut-sudut kota penuh luka, berlipat duka...
Angin berhembus kencang Mengusung rindu kerontang Berserakan... Menghantar rintihnya yang mengekang Tatkala rindu sungguh mengharu Selalu, lelaki mengajari merajah rindu...
“Kang mas... Penyakit aneh ini telah sedemikian hingga menggerogoti tubuhku. Aku membenci meskipun indahnya aku rindu... Biarkan aku membawanya pulang ke desa menemaniku diujung senja...” perempuan ini berucap lirih
Tercekat, segala yang dikenai waktu terhenti.....!
“Kang mas... Kau lihatlah! Aku kini dibawah bintang.. Tak peduli ia sembunyikan wajahnya, aku merasakan hangatnya...” begitulah perempuan ini memupuri diri
Di belantara sunyi hamparan ilalang... Rindu merobek-robek palung hati Tentang sebuah kota, lukisan di satu purnama Dimana pernikahan sunyi seharusnya terjadi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H