Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nenek Misao dan Pencarian Obat Keabadian

27 November 2022   13:15 Diperbarui: 27 November 2022   13:17 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Misao Okawa, manusia tertua di dunia yang tercatat dalam buku rekor dunia Guiness, baru saja merayakan ulang tahunnya yg ke-117 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah perawatan di Osaka, secara umum sehat namun makin melambat dan pendengarannya sudah terganggu. Ketika salah satu pejabat setempat mengunjunginya, si pejabat bertanya apakah 117 tahun terasa lama? Nenek Misao menjawab, terasa singkat. Lalu ketika ditanya lagi, dan pertanyaan ini pastilah jenis yang wajib untuk ditanyakan kepada manusia langka seperti Nenek Misao, apa resep panjang umurnya? Sang nenek menjawab singkat: saya tidak tahu.

Hahaha...

Seandainya saya ada di sana, saya akan bertepuk tangan meriah dan mengacungkan 2 jempol untuk Nenek Misao. Itulah jawaban yang paling bijak untuk pertanyaan apa resep umur panjang: saya tidak tahu!

Secara umum, orang-orang menginginkan umur panjang dan takut pada kematian. Dalam sejarah peradaban manusia kita bahkan bisa menemukan kisah tentang orang-orang yang, karena begitu terobsesi pada keabadian dan demikian takutnya kepada kematian, menyebabkan mereka melakukan segala macam tindakan untuk bisa hidup abadi. Jika perlu, obat panjang umur akan dikejar sampai ke ujung semesta! Seperti yg dilakukan oleh Kaisar China paling masyhur karena berhasil menyatukan seluruh China, dan yang beberapa peninggalannya amat monumental (antara lain: tembok besar dan tentara terakota): Qin Shi Huang.

Qin Shi Huang bukanlah seorang pemimpin biasa. Ia pada mulanya hanya seorang raja dari salah satu kerajaan di daratan China kuno, tapi kemudian dia berhasil menaklukkan negeri-negeri lain dan mempersatukan China di bawah satu dinasti dengan dirinya sebagai kaisar. Setelah berhasil mempersatukan China, dia memulai peperangan baru melawan kematian. Dia sangat takut terhadap kematian dan terobsesi untuk mencari obat keabadian, Demikian terobsesinya, Qin Shi Huang bisa bertindak irasional dengan mempercayai kabar angin tentang mitos-mitos keabadian. Misalnya, dia percaya pada seeorang bernama Xu Fu yang mengatakan bahwa di pulau tertentu ada penyihir yang punya resep obat keabadiaan, tapi untuk sampai ke sana harus membawa 6000 orang gadis perawan untuk dikorbankan. Atau hal lain, dia memerintahkan para tabib istana membuat obat keabadian dan memakan apa pun obat yang disodorkan padanya, termasuk mencoba meminum pil berisi air raksa yang mana tindakan ini akhirnya menghasilkan kematian padanya ketika dia baru berusia 49 tahun.

Berbeda dengan Kaisar Qin yang senewen dan ngotot ingin berumur panjang atau bahkan tak mati-mati alias abadi (namun nyatanya berumur pendek sekali bahkan untuk ukuran masa kita kini), Nenek Misao tampaknya tak pernah peduli pada umur panjang. Dari jawaban Nenek Misao, terkesan beliau tak menganggap penting usia panjangnya dan sangat mungkin justru karena sikapnya yang santai ini Nenek Misao malahan meraih kesehatan dan umur panjang. Lagi pula, apa yang terpenting dari hidup bukanlah seberapa lama tapi seberapa dalam kita mengisinya, ya kan? Seperti yang dilakukan oleh Nenek Misao, yang tersirat dari jawabannya bahwa 117 tahun itu terasa singkat: kalau kita sibuk mengisi hidup dengan hal-hal positif dan sikap batin yang bersemangat untuk kemajuan, jangankan 117 bahkan 1000 tahun pun akan terasa singkat. Beda dengan kalau kita hanya rebahan sambil mengkhayalkan kesuksesan.

Klise?

Yah...kebenaran memang cenderung klise, kok, dan karena itulah orang sering bosan padanya.

Chuang 060315 rev 271122

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun