Langkah pertama adalah penerimaan diri. Sayangi diri, terima kekurangan diri (kalau kelebihan sih pasti otomatis diterima, tidak perlu disebutkan di sini. Eh, tapi toh jadinya malah menyebut-nyebut juga...). Orang yang sudah bisa menerima dan menyayangi diri akan punya pandangan yang lebih ringan mengenai hidup. Bukan, dia bukan menyangkal adanya masalah. Tetapi dia tahu masalah itu tidak akan selamanya, dan pasti ada solusinya. Karena kalau tidak ada solusi, itu namanya bukan masalah. Dan  kalau bukan masalah, buat apa dipikirkan?
Langkah kedua, berkumpul dan bergaullah dengan orang yang lucu-lucu dan senang mentraktir. Lumayan, kan, bisa ketawa-ketiwi sambil ngopi-ngopi icip-icip kudapan dengan gratis pula? Dan karena sifat pergaulan adalah penularan, maka lama-lama kita juga akan tertular lucu dan suka mentraktir pula.
6. Sering-seringlah meriang
Kalau sedang meriang, bersyukurlah. Jangan buru-buru minum obat, meriang tandanya Anda tidak sedang menyedih. Ini berkaitan dengan langkah nomor 5. Milikilah sikap batin yang mudah meriang, karena meriang itu lebih baik dan lebih bermanfaat daripada menyedih. Dengan batin yang mudah meriang, kita lebih optimis dan ceria dalam menjalani kehidupan, dan wajah kita biasanya akan lebih banyak tersenyum daripada cemberut. Kata kuncinya di sini: ini pun akan berlalu. Kesulitan akan berlalu. Kesenangan akan berlalu. Kegelapan akan berlalu. Keterangan akan berlalu (tapi sebelumnya harus diserahkan dulu kepada bos). Â
Segalanya akan berlalu. Tak ada yang bisa digenggam. Maka lepaskan genggaman itu, biarkan tangan kita menjadi lega dan terbuka sehingga seluruh semesta bisa masuk ke dalamnya.
Karena tak akan ada yang bisa keluar hidup-hidup dari hidup ini. Santaiiii.....
Chuang 211122
Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H