(Untuk Mbak Nana)
Ikan kecil sudah lelah berenang
kian kemari
untuk mencari samudra.
Ikan kecil sudah bosan bertanya
kepada penyu, paus bungkuk,
kepada sepasang lumba-lumba centil
yang suka bergurau dan menggoda,
dan bahkan,
kepada si hiu preman tobat,
yang wajahnya sangar tapi hatinya kini hello kitty:
Di manakah samudra itu?
Mereka semua menjawab:
Kawan, engkau ada di dalamnya.
Ikan kecil tak paham,
dan menilai itu jawaban yang
mengarang-arang.
Tapi sirip-siripnya telah letih,
tubuhnya penat,
tak sanggup lagi melaju,
untuk mencari samudra.
Ikan kecil putuskan mengambang
sejenak,
di tonjolan sebuah terumbu karang
yang kesepian,
untuk mendamaikan napasnya
yang meliar,
dan menenangkan sirip-siripnya
yang melayu.
Dia pejamkan mata,
kendorkan segalanya.
Tanpa penggenggaman,
tanpa mengada-ada,
namun sekadar ada.
Ikan kecil tiba-tba merasa
segala lelah dan kuyu
yang mendera tubuhnya,
sirna
seperti es mencair terkena panas.
Tubuhnya terasa ringan,
napas melembut seakan kapas,
segalanya menjadi jernih.
Samudra yang telah lama dicarinya,
kini muncul dalam kesadaran dirinya.
Dia melihat kemahaluasan
biru nirmala,
yang merindingkan sirip-siripnya,
yang dari tengahnya tiba-tiba muncul
satu titik hitam,
kian lama kian mendekati dirinya.
Ikan kecil membuka mata,
lalu tersenyum bahagia.
Sambil berseru riang,
dia menyapa:
Wooo...Mbak Nana! Kok menyelam sendirian saja?
Chuang 061122
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H