Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Batin Bodoh

5 November 2022   18:11 Diperbarui: 5 November 2022   18:30 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SERIAL MONOLOG IN MONOLOG OUT 8: BATIN BODOH

Batin bodoh kebalikan dari Batin Buddha. Batin bodoh sangat berbahaya bila dibiarkan menjadi bos karena dia bos yang amat payah dan berbahaya, ibarat membiarkan ekor ular memimpin jalannya ular. Batin bodoh senang mencari-cari masalah, menciptakan musuh khayalan atau sungguhan, ego sentris dan gila kendali. Batin bodoh juga sangat reaktif, mudah jatuh ke dalam prasangka dan keadaan yang tak bermanfaat.

Pada masa lalu, aku mengira pengajaran tentang pentingnya untuk hidup saat ini (dengan memperhatikan sungguh-sungguh apa yang sedang kita kerjakan pada saat ini) hanya berkaitan dengan urusan melunakkan dan membiasakan batin sehingga akan lebih mudah berkonsentrasi pada saat tiba waktunya sesi meditasi formal. 

Namun ternyata, keterampilan untuk menyadari momen kini itu jauh lebih penting manfaatnya dari sekadar hanya sebagai alat bantu agar meditasi menjadi lebih mudah, karena dalam kenyataannya ketika kita mampu untuk selalu awas dalam setiap momen, kita mencegah banyak kemungkinan batin mengembara ke sana ke mari tanpa tujuan yang jelas dan lalu berkembang biak menjadi pikiran aneh-aneh yang biasanya lebih banyak menimbulkan emosi-emosi negatif seperti kebencian, kemarahan, keserakahan, iri, dengki, sombong....

Bayangkanlah bila kebiasaan membiarkan batin mengembara tak tentu arah seperti ini dilestarikan, bila pada saat itu mendadak nyawa putus gara-gara serangan jantung atau hal lain semacam itu, ke manakah alam tujuan kelahiran-ulang kita selain pastinya alam-alam rendah yang amat pas untuk jenis batin bodoh seperti itu?

Aku teringat pada salah satu cerita di sebuah buku berjudul "Kegelisahan Sang Domba" yang ditulis oleh Don Lado (nama awam dari alm. Bhikkhu Attapiyo, bhikkhu Theravada pertama yang berasal dari NTT).

Pada suatu ketika, Pak Don Lado berlayar dari kampungnya di NTT ke salah satu kota di Pulau Jawa dengan menumpang kapal feri. Perjalanan via laut pada masa itu (dan mungkin juga masih hingga sekarang) dari NTT ke Pulau Jawa memakan waktu beberapa hari, yang terkadang harus menghadapi gelombang laut yang besar dengan kapal tua yang sangat rentan karam karena sudah lapuk dan lemah tenaganya. 

Agar para penumpang tak bosan, di atas kapal itu disediakan sebuah bioskop mini yang, dari iklannya, mengatakan akan memutar sebuah film drama Korea. Pak Don Lado memutuskan untuk membeli tiket dan menonton salah satu penayangan di bioskop tersebut.

Ketika film mulai berjalan, dan adegan-adegan mulai datang silih berganti, sadarlah dia bahwa ini bukanlah film drama Korea seperti yang diiklankan. Ternyata itu adalah film anu-anu, tentang pria dan wanita yang ber-anu-anu tanpa pakaian....

Pak Don Lado membatin, andai pada saat ini kapal tenggelam karena gelombang laut yang besar, maka dia dan para penonton di bioskop ini pastilah akan terlahir ulang di alam rendah akibat keadaan batin terakhir mereka yang dipenuhi oleh hawa nafsu hasil dari tontonan kurang sopan itu....

Dan Pak tua yang di sana itu, yang tampak sangat menikmati film buka-bukaan itu, dia pastilah akan menjadi kepala suku dari barisan peta mantan manusia yang mati tenggelam saat sedang menonton film desahan hawa nafsu....

Aku mengamati batinku yang sangat lincah bergerak ke ingatan-ingatan masa lalu saat indra mata atau telinga berkontak dengan obyek-obyeknya, dan ingatan-ingatan itu kebanyakan adalah tentang pengalaman tak menyenangkan yang lantas saja memicu timbulnya perasaan tak nyaman: benci, marah, merasa diperlakukan tak adil, dst.... 

Misalnya, ketika mataku melihat sebuah benda yang dulunya pernah menjadi persoalan antara aku dengan seseorang, batinku dengan cepat langsung teringat pada persoalan itu yang sebenarnya sudah lama dan tak relevan lagi, namun yang ternyata masih meninggalkan bekas perasaan tak nyaman di alam bawah sadarku. 

Aku meremugkan, andai saat itu, ketika perasaan marah itu muncul akibat teringat kenangan persoalan yang sudah basi itu dan aku mendadak meninggal dunia, ke mana lagi aku menuju selain pasti jatuh ke alam-alam bawah di mana kemarahan mendapatkan tempatnya untuk diumbar-umbar?

Lalu ketika batin bodoh berbantahan dengan orang lain, batin bodoh merasa tak puas dan mulai merancang cerita dalam dirinya tentang orang itu sebagai orang jahat, musuh yang harus dibinasakan karena ia begini dan begitu, membuat rasa benci semakin menjadi. 

Batin bodoh juga selalu lebih sering memikirkan dunia dari sudut pandang dirinya sendiri, dari pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya sendiri yang ia yakini benar sendiri sementara yang lainnya salah semua, ego sentris. Selalu mencari dulu apa untungnya untukku, mana bagian untukku, jangan macam-macam dengan hakku...dan semua yang berakhirnya KU.

Tak heran, dengan batin bodoh yang dibiarkan menjadi bos, kita bisa melihat perwujudannya dalam bentuk ucapan dan tindakan yang mencari-cari masalah, menciptakan musuh di sana sini, tanpa malu-malu menampilkan ucapan atau tindakan yang egostik nir-simpati dan nol empati.

Batib bodoh, batin yang amat perlu dibikin cerdas dan bijaksana, demi memutus rantai yang membelenggu kita ke Samsara. Malu dong kalau ponselnya sudah pintar, masa batin sendiri dibiarkan bodoh?

Bahaya, tuh!

Chuang 051122

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun