Angin bersiul pelan
menyenandungkan lagu tentang kesejukan,
sembari tak lupa menggandeng berlalu
tiap titik peluh dari tiap pori di tubuhku.
Aku duduk bersila di sini,
di atas bantal meditasi yang dulu kubeli
dari seorang kawan,
dan di atasku
si raksasa ficus religiosa menaungi
dengan dedaunannya yang lebar
dengan akar-akarnya yang perkasa
memagariku dari segala
marabahaya.
Duduk di sini,
kedua mataku memandang kelopaknya sendiri,
sepasang tangan menjuntai di depan
dengan telapaknya saling menumpang di pangkuan.
Punggungku tegak dalam sikap yang damai
bersama tulang-belulang,
perhatian sedang berusaha selalu seiring dengan langkah
napas masuk dan napas keluar,
sementara semua sejarah dan rencana
telah kukunci di dalam koper yang kuletakkan
agak menjauh,
karena saat ini adalah
saat untuk saat ini, tok!
Maka, mulailah biduk perhatian kuarahkan lurus
pada alun-ayun napas masuk-napas keluar.
Tapi ternyata,
tidaklah mudah menjadi kapten dari biduk perhatian
dengan anak-buah kapal yang bandel-bandel
dan sebagiannya pemalas-pengantuk-pemabuk!
Namun begitu, semangatku selalu menyala
manakala teringat pada Asmuni
yang kumisnya mini
yang suatu kali, konon, pernah berkata:
itu bukanlah hil yang mustahal!
Maka, mulailah kuarungi samudera batinku
yang kadang tenang sejenak,
lalu berikutnya mengganas
yang lautannya penuh siluman:
ada siluman pemangsa amarah
yang gemar menghasut
dengan macam-macam dendam
dan kenangan kegetiran.
Ada siluman pedagang pasar
yang gemar memamerkan barang-barang
dengan paksaan untuk membeli,
sembari mengumbar janji:
kau pasti bahagia kalau beli ini beli itu,
ada pula siluman cantik pengipas nafsu birahi.
Aku berjuang sepenuh nyawaku
untuk terus mengarahkan biduk perhatian
lurus pada alun-ayun napas masuk dan napas keluar,
sembari terus menjaga nyala semangat
dengan mengingatkan diri
bahwa pelayaran seribu mil laut
menuju pantai seberang,
di mulai dengan angkat sauh dan layar terkembang.
Tanpa mulai,
tidak akan ada selesai.
Chuang 291022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H