Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ada Derap Kaki Kuda di Setiap Tetes Kopi yang Kuseduh

25 Oktober 2022   19:49 Diperbarui: 7 Juni 2023   16:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore adalah saat yang tepat
untuk menjalankan ritual kopiku.
Sebab sore layak dirayakan dalam kesantaian
dan kelegaan.

Aku meraih toples kaca
dengan tutup bersegel karet yang mencegah
bijian kopi dari perabaan angin,
juga sendok takar bertangkai jepit buaya yang kupakai
menciduk dua takar penuh biji kopi yang lantas
kutuang ke dalam lubang corong mesin penggiling.

Dengan saksama kupilih ukuran giling nomor dua,
menarik tangan tuan steker untuk bertemu nona soket listrik.
Dan hasil pertemuan itu adalah anak-anak elektron yang mengalir deras
menggerakkan gigi gerigi mesin giling yang bergemeretak giat melumat
bijian kopi menjadi serbuk halus nan sedang.

Di sudut dapur kugapai lengan nyonya teko berperut tambun,
air tercurah ke dalam perut tambunnya sebelum dia duduk manis
di atas tungku yang membara
yang siap memanaskan air sampai uap mengepalkan kepulannya.

Saat air telah mendidih,
kuambil sebuah saringan kain nilon
dan kuisi serbuk kopi dengan mulut cangkir menanti di bawahnya,
dan si nyonya teko menuangkan air di atasnya.
Air mengucur pelan tapi pasti,
tiap tetesnya jatuh ke dasar gelas dalam suara yang tiba-tiba
mengingatkanku
akan derap kaki kuda yang sedang berlari dengan anggun.

Di balkon lantai tiga rumahku, duduk di kursi dengan
meja kecil di samping dan secangkir kopi di atasnya,
kupandangi langit senja yang mulai memerah
dan menikmati alunan angin sejuk yang ditiupkan laut
mengelus sayang kepalaku yang gundul
sambil hatiku merenungi tentang
derap kaki kuda yang kudengar dari tetesan kopi yang kuseduh.

Betapa benar bahwa segala sesuatu di alam ini
miliki refleksi dari segala sesuatu yang lainnya
pada dirinya dan vis versa.

Seperti jaring permata Dewa Indra,
yang membentang luas tanpa batas,
dan setiap simpulnya adalah permata sempurna
pantulkan bayangan dari simpul-simpul lain
pada jaringan itu dan vis versa.

Pada sebiji kopi sangrai engkau bisa
cecap rasa mangga atau coklat, atau rasa
gurih gula aren.
Dan pada mereka itu,
mangga atau coklat atau gula aren,
kau bisa temukan unsur-unsur
yang pada kopi juga ada.

Pada tubuhmu ada karbon dari debu bintang
yang sama dengan karbon pada tubuh
sebatang pohon.
Dan pada sebatang pohon
kau bisa temukan kehidupanmu.

Merinding!

Hatiku bergetar oleh kebenaran
yang menjalar perlahan,
membuka mataku makin lebar
akan hakikat kehidupan.

Chuang 251022

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun