Dengan kata lain, dalam kasus perselingkuhan, orang ketiga dianggap sebagai penggoda, seolah hanya itu yang bisa dilakukan seorang wanita; menggoda dan mengejar laki-laki. Lalu, laki-laki dianggap sebagai makhluk suci yang berintegritas, seolah tidak mungkin berselingkuh kalau tidak ada yang menggoda.Â
Kasus perselingkuhan memiliki banyak faktor penyebab, dan hubungan orang dewasa tentu lebih kompleks dari sekedar tulisan ini. Tapi sekali lagi, sangat disayangkan untuk mereka yang merasa terdidik secara akademis, namun masih lantang menggunakan istilah 'pelakor'.Â
Karena sejatinya, pendidikan yang kalian miliki harus berjalan seimbang dengan tingkah laku dan tutur kata sehari-hari, untuk hal ini penggunaan istilah pelakor.Â
Karena jika ingin mengadili, lebih baik mengadili pelaku perselingkuhan dalam hubungan, bukan orang ketiga di luar hubungan.
Ingat saja, seseorang tidak akan pernah masuk ke dalam rumah orang lain jika sang pemilik rumah tidak mengundang dan mengunci pintu rumahnya dengan rapat. Â Â
Memang tidak mudah mengakui bahwa pasangan kita sudah tidak cinta, memilih orang lain di belakang, mengkhianati janji-janji yang pernah terucap, dan lain sebaginya. Tapi, daripada mengeluh dan marah akan adanya orang ketiga, akan lebih baik jika belajar menerima keadaan, memaafkan diri sendiri dan orang lain.Â
Jakarta, 2020.
Christie Stephanie Kalangie.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H