Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jadi, Standar Kekayaan Itu Seperti Apa?

29 Agustus 2020   21:15 Diperbarui: 30 Agustus 2020   20:29 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source Photo :  cdn.amarbank.co.id 

Sejak saat itu aku belajar bahwa mulutku memang pernah tak berhenti mengeluh, namun sekarang hatiku memilih untuk terus bersyukur." 

Jika ingin menilik lebih jauh lagi, sebenarnya dunia ini memang penuh dengan orang-orang yang hatinya rapuh. Semua ingin menampilkan yang baik-baik saja namun menyimpan luka yang membusuk di hati mereka, terkesan seperti menjadi 'budak' dunia. 

Percayalah, hidup ini terlalu indah dan berharga bila dihabiskan hanya untuk mengejar kekayaan dunia dan seisinya yang bersifat fana. Kekayaan yang sesungguhnya berupa keberkahan hidup, kesehatan fisik dan mental, juga kebersamaan dengan keluarga tercinta. Karena kekayaan bukanlah dari banyaknya harta benda, namun yang utama adalah kekayaan hati. 

Kekayaan hati itu tidak diukur dari seberapa banyak kekayaan materi yang dimiliki, namun kekayaan hati adalah perasaan hati yang selalu merasa cukup dengan apa yang ada. Entah itu sedikit, banyak, ada, bahkan tidak ada sekalipun, namun tetap merasa cukup, puas dan bersyukur. 

Bersyukur mulai dari hal yang sangat sederhana, misalnya bersyukur karena hari ini masih bisa bangun dengan keadaan tubuh dan semua organ tubuh yang masih berfungsi dengan baik, banyak orang di luar sana yang tidak dapat menggunakan organ tubuhnya dengan baik lagi karena berbagai penyakit yang diderita. 

Bersyukur karena masih memiliki baju di lemari untuk dipakai, bersyukur untuk kebutuhan selama sehari bahkan sebulan kedepan masih terpenuhi, bersyukur untuk gadget dan kuota yang masih terisi sehingga masih bisa update dengan keadaan sekitar, banyak orang yang tidak seberuntung kita saat ini dan harus meminta-minta di jalanan. 

Bersyukur untuk pekerjaan yang dimiliki saat ini, banyak orang di luar sana yang tidak bisa lagi bekerja karena menerima PHK. 

Bersyukur untuk lingkungan pekerjaan dengan apapun kondisinya saat ini. Meski lingkungan pekerjaan yang tak lepas dari masalah dan tak akan bisa dihindari, tapi tetaplah bersyukur dan percaya karena keadaan itu akan mengasah diri serta mental untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Bersyukur karena masih memiliki kendaraan walau mungkin masih diangsur hingga beberapa bulan kedepan, banyak orang yang masih menggunakan trasnportasi seadanya bahkan berjalan kaki, mereka tidak seberuntung kita. 

Bersyukur untuk orang tua, sanak saudara, dan pasangan yang masih menemani hingga saat ini, banyak orang di luar sana yang harus hidup sendiri karena sudah kehilangan orang-orang yang dikasihi, dan masih banyak lagi hal sederhana yang perlu disyukuri. 

Perasaan murka terhadap keadaan hidup sehingga ingin mengeluh itu akan terus ada, namun tetaplah pastikan untuk selalu menyeimbangi hidup ini dengan porsi bersyukur yang lebih banyak dibanding dengan porsi mengeluh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun