Jika sudah memutuskan untuk berkuliah atau bekerja di luar kota, maka artinya kamu akan segera menjadi anak kost. Hidup akan mempertemukan kamu dengan berbagai hal unik, seru, serta menantang yang harus dihadapi sendiri.Â
Pengalaman menjadi anak kost akan menempamu untuk menjadi pribadi yang lebih kuat, mandiri, berani, pantang menyerah, komunal serta dewasa.Â
Secara tak sadar, situasi di sekelilingmu akan memaksa kamu untuk mengatur segala sesuatunya seorang diri, mulai dari bangun pagi, mencari makan sendiri, mengatur waktu dan keuangan sendiri, hingga menjaga diri sendiri dari kerasnya kehidupan di luar sana. Hal positif tersebut tak akan ditemui oleh semua orang, terutama bagi mereka yang non-kost atau masih tinggal di rumah bersama orang tua.Â
Sedikit menyinggung soal keuangan, biasanya di awal bulan saat menerima uang bulanan dari orang tua atau bagi yang sudah menerima gaji dari kantor, kamu akan memenuhi kebutuhan hidupmu di kost dengan makanan sehat dan mewah. Memasuki pertengahan bulan, kamu akan kembali ke "kasta" dimana warteg akan menjadi second choice-mu. Namun saat memasuki akhir bulan, tak ada pilihan apapun selain makanan kebangsaan anak kost, mie instant.
Sebenarnya, ketegangan di akhir bulan ini pun tak selalu dialami oleh anak kost. Biasanya terjadi di waktu tertentu saja jika memang sedang banyak pengeluaran atau ada hal penting lainnya. Meski hidup anak kost terkesan pas-pasan, namun hal itu dilakukan bukan karena anak kost adalah kaum yang kekurangan, melainkan sedang belajar berhemat dengan gaya yang unik dan kreatif.Â
Berikut adalah salah satu contoh kreatifnya anak kost dalam menghargai uang dan barang.Â
Trik ini biasa dilakukan untuk memastikan apakah isi dari suatu produk benar-benar habis atau tidak. Hasilnya, jika memang masih ada, kami tidak akan membuang barang tersebut namun menggunakannya hingga tetes terakhir.Â
Cara ini juga bisa digunakan ke produk makanan, misalnya ikan kaleng. Sisa bumbu pada ikan kaleng yang telah dituang untuk dipanaskan akan menyisakan sedikit bumbu pada wadah kaleng tersebut. Dengan cara mengisi sedikit air pada wadah, bumbu yang tersisa pun akan terangkat bersama. Hasilnya, semua bahan terpakai dengan baik.Â
Kedua contoh sederhana di atas hanya sebagain kecil dari jurus-jurus anak kost dalam belajar berhemat dengan gaya-gaya yang unik dan kreatif. Karena hemat pangkal kaya, bukan miskin, setuju?Â
Sayangnya, hal-hal penghematan yang biasa dilakukan anak kost terkadang malah menjadi julukan sangat lumrah yang kerap kali dilabeli khusus untuk mereka yang berstatus anak kost. Seakan-akan anak kost adalah kaum yang paling miris hidupnya jika dibandingkan dengan mereka yang masih bernaung bersama orang tua dan keluarganya.Â
Berdasarkan survey kecil-kecilan yang dilakukan dengan teman-teman seperjuangan yang berstatus anak kost, saat yang paling menyedihkan adalah ketika anak kost tengah berada di antara mereka yang merasa lebih "lebih mampu" dan menjadi bahan gurauan karena berstatus anak kost. Misalnya, "Bungkus makanan, ya. Lumayan, bisa dimakan sampai besok sebelum mubazir. Kasihan anak kost, nanti kelaparan tengah malam gak bisa beli makan,"disertai dengan haha-hihi di belakang kalimat.Â
Menanggapi kalimat baik nan menusuk tersebut, sebenarnya bukan ingin menolak pemberian, karena bagaimana pun anak kost memang butuh makanan. Tapi, di dunia ini, siapa yang tidak membutuhkan makanan demi bertahan hidup? Tidak hanya anak kost saja, kan? Perkara bungkus-membungkus pun, semua orang pasti akan menerima dengan senang hati jika memang sedang ada kelebihan makanan.Â
Teruntuk mereka yang bukan berstatus anak kost, bisakah kalian tidak memandang anak kost sebelah mata dengan perlakuan maupun kalimat yang lebih manusiawi?Â
Memang benar, makanan yang kami bungkus akan sangat membantu mengurangi biaya konsumsi untuk beberapa saat atau bahkan beberapa hari ke depan, tergantung jenis makanan yang diterima. Namun sekali lagi, anak kost bukan orang miskin. Anak kost adalah kaum yang mendapat kesempatan berharga untuk belajar lebih menghargai apa yang ada, dan belajar hidup sederhana dengan gaya-gaya yang kreatif tetapi tetap murah.Â
Jakarta, 2020.
Christie Stephanie Kalangie.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H