Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Harus Menunggu Gaji 2 Digit Agar Bisa Mengirim ke Rumah?

27 Desember 2019   16:16 Diperbarui: 2 Januari 2020   16:21 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan ini muncul ketika saya bertemu dengan kawan lama, sebut saja namanya Sophia. 

Saya dan Sophia dulu bekerja selama kurang lebih 1 tahun di salah satu perusahaan distributor di daerah Jakarta Pusat. Bekerja di perusahaan yang sama, di departemen yang juga sama, membuat kami saling mengenal satu sama lain. Saya perantau, Sophia juga perantau, yang berbeda hanya pulaunya saja. 

Setelah Sophia memilih resign dari perusahaan dan bekerja di perusahaan swasta lainnya, kami pun baru memilki kesempatan untuk bertemu dan bercerita mengenai banyak hal, mengingat kesibukan pekerjaan satu sama lain. 

Hal yang biasa dilakukan wanita saat bertemu; makan malam, bersenda gurau, saling bertukar pikiran, dan pada akhirnya saling mengeluhkan pekerjaan satu sama lain. 

"Kamu tahu kan, salary-ku di perusahaan kita bekerja dulu? 2 digit lebih! Sekarang, salary-ku malah menurun. Tapi, daripada gak kerja sama sekali, terpaksa aku terima pekerjaan ini demi bertahan hidup disini, dan gak bisa mengirim ke rumah! Huh." 

Mendengar keluhan seperti itu, saya pun terbelalak, sempat menyela dan bertanya, "Memangnya harus menunggu gaji 2 digit dulu agar bisa mengirim ke rumah?" dan ia menjawab, "Iya, kalau gak 2 digit gak bisa. Gak bahagia terima gajinya." 

Disini, saya tidak ingin membandingkan pendapatan siapa pun, karena saya percaya bahwa produktivitas setiap orang berbeda-beda. Tentu saja gaji 2 digit yang seseorang miliki dirasa pantas oleh perusahaan sehingga menyanggupi permintaan gaji 2 digit, mungkin juga dilihat dari pendidikan dan pengalaman individu bekerja. 

Namun, tak bisa pula disangkal bahwa masih banyak orang yang belum berkesempatan memiliki pendapatan di atas 2 digit namun tetap berbahagia, tetap bersyukur dan tetap merasa selalu berkecukupan. 

Saya pun begitu yakin bahwa keluarga di rumah tidak akan menuntut banyak jika memang kita belum mampu mengirim dalam jumlah yang banyak untuk mereka di sana. Namun yang ingin saya tekankan, berapa pun pendapatan yang kita miliki, asalkan kita bisa mengelolanya dengan baik, maka semuanya pasti akan terasa cukup, bahkan bisa saja lebih. 

Kuncinya adalah bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Karena sebenarnya, gaji 2 digit, 3 digit atau bahkan 4 digit pun tak akan pernah cukup jika kita sendiri tidak pernah bersyukur dengan apa yang ada. Lagi, jangan lupa memberi, terutama kepada orang-orang di sekitar kita terlebih dahulu, yaitu keluarga. 

Percayalah, saat kita berani mengambil langkah untuk memberi dari kekurangan kita, maka berkat yang melimpah telah menanti. Berkat baru telah menanti untuk kita kelola lagi dengan baik sehingga kita mampu menjadi saluran berkat bagi banyak orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun