Pertama, penulis ingin mengucapkan Selamat Hari Natal 2019 untuk para pembaca yang merayakan, semoga damai dan kebahagiaan natal senantiasa menjadi bagian dalam hidup kita semua.Â
Bagaimana perayaan natal kalian kemarin? Tentunya menyenangkan, ya.Â
***Â
Dahulu kala saat masih berada di kampung halaman, aku dan keluarga besarku pasti akan disibukkan dengan memasang pohon natal serta segala pernak perniknya. Mulai dari memasang tiang dari pohon natal, menghias dengan slinger berwarna merah dan pink agar pohon natal tampak meriah, menggantungkan hiasan ornamen seperti snowflake, boneka santa claus dan kereta rusa, hingga meletakkan bintang pada bagian tertinggi dari pohon natal.Â
Kami juga tak pernah lupa menggantungkan kaus kaki santa claus atau sinterklas berbahan flanel berwarna merah yang dijereng seperti jemuran pada pintu rumah. Pada zaman dahulu kala, menggantungkan kaus kaki santa pada pintu rumah dipercaya sebagai salah satu tradisi oleh masyarakat Jerman sebagai bentuk pengharapan bahwa pada malam natal sang santa akan mengisi kaus kaki tersebut dengan berbagai macam hadiah natal untuk anggota keluarga.Â
Tak hanya itu saja, perayaan natal di kampung halaman pun diwarnai dengan mempersiapkan hadiah untuk saling bertukar kado yang biasa dibungkus dari kertas koran. Ah, sangat menyenangkan jika mengingat masa-masa natal di kampung halaman.Â
Saat kaum bapak dan anak-anak laki-laki sibuk membereskan rumah untuk persiapan menyambut kedatangan tamu dan keluarga lainnya, kaum ibu dan anak-anak perempuan pun saling membantu di dapur untuk memasak hidangan malam natal.Â
Tiap tahun, menu utama kami saat perayaan natal adalah Nasi Jaha yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara. Berbahan dasar nasi yang dibuat dengan cara memasukkan seluruh bahan ke dalam batang bambu lalu dibakar dalam bara api. Selain itu, ada juga Ayam Bakar, Ikan Cakalang Fufu, Sambal Kentang Goreng, Sambal Dabu-Dabu, Tumisan Cumi, Tumisan Sayur serta Lalapan, Kue Kering, Kue Panada, Puding Cokelat dengan Vla yang melimpah, juga menu andalan yang tak pernah terlewatkan dari keluarga kami; Sup Brenebon. Sup berbahan dasar kacang merah dan sayuran yang disajikan dalam kuah kaldu daging, dengan campuran bumbu sup buatan Mama dan Papa yang tak pernah ada tandingannya.Â
Namun, tahun ini semuanya berbeda...Â
Kemarin, perayaan natal 25 Desember 2019 milikku diselimuti dengan dinginnya cuaca akibat hujan deras yang tak kunjung reda, juga hangatnya kuah micin dari 2 bungkus mie instant dengan 1 telur yang dimasak bersama. Sebagai makanan pencuci mulut, aku memesan beberapa potong martabak manis varian keju dan susu melalui layanan pesan antar makanan.Â
Makan, tidur, membaca berulang-ulang buku novel milikku, adalah ketiga hal yang terus menerus aku lakukan sepanjang hari natal ini...Â
Selain menyantap menu sederhana di kamar kost, caraku membunuh rasa rindu pada keluarga di hari natal ini adalah dengan menikmati kesendirian sembari menghubungi kekasih hatiku yang juga tengah menikmati masa cuti di kampung halamannya, menghubungi keluarga dan sanak saudara serta para keponakan yang sedang mengadakan acara "open house" di rumah mereka.Â
Perasaan sedih pasti timbul karena tak bisa berjumpa dan berkumpul bersama mereka di hari natal tahun ini. Namun, yang terpenting bagiku adalah natal kali ini keluarga dan sanak saudara juga orang-orang yang kukasihi tetap berbahagia, sehat dan selalu dalam lindungan-Nya.Â
***
Akhir kata, jarak memang dapat memisahkan kita dari orang-orang terkasih, namun tetaplah menjadi pribadi yang kuat. Percayalah bahwa Sang Pencipta tetap, akan dan selalu menyertai kita ditengah kesepian dan kesendirian hidup yang kita rasakan.Â
Jakarta, 2019.
Christie Stephanie Kalangie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H