Tujuh puluh dari seratus orang pernah menggunakan aplikasi kencan online atau aplikasi layanan pencarian sosial berbasis lokasi yang memfasilitasi komunikasi antara pengguna untuk saling tertarik.Â
Tak terkecuali di Indonesia, sejumlah layanan kencan online pun mencoba peruntungan, seperti Tinder, Tantan, Bumble, OK Cupid, Badoo dan lain sebagainya.Â
Banyak yang beranggapan bahwa aplikasi kencan online ini lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya. Tak bisa juga sangkal, karena sudah banyak bukti yang menguatkan betapa berbahayanya aplikasi tersebut.Â
Salah satunya, kematian seorang gadis cantik yang menyita perhatian publik Australia pada tahun 2014 silam. Kencan yang dilakukan melalui aplikasi Tinder itu berakibat fatal, korban bernama Warriena Wright meninggal dunia setelah terjatuh dari lantai 14 apartemen sang kekasih, Tostee.Â
Seminggu berkenalan dengan bertukar pesan, mereka memutuskan bertemu di dunia nyata, di resort pinggir laut, Surfers Paradise. Mabuk asmara, mereka berdua melanjutkannya di apartemen Tostee yang berlokasi di Gold Coast, Queensland.Â
Sayangnya, kencan tersebut malah berujung maut. Beberapa jam kemudian, Wright terjatuh dari lantai 14 apartemen dan meninggal dunia seketika.Â
Polisi pun menetapkan Tostee sebagai tersangka berkat bukti rekaman sepanjang 199 menit di ponsel Tostee. Rupanya, Tostee sengaja merekam saat-saat mereka bertengkar hebat dan melakukan intimidasi kepada Wright sampai akhirnya ia terjatuh dari balkon apartemen Tostee.Â
Namun ternyata, ada juga yang hubungannya berujung bahagia setelah berkenalan dan bertemu melalui aplikasi online. Seperti yang dialami oleh pasutri Meira Gebel dan Julian di Monako setelah mengunduh aplikasi Tinder.Â
Bagi mereka, "Orang-orang juga tidak memberi tahu Anda bahwa kencan di Tinder mungkin bisa berubah menjadi pernikahan, seperti kisah saya. Meskipun pada awalnya itu tampak mustahil. Percayalah, saya juga bukan penggemar aplikasi kencan ketika saya menggunakannya. Di luar budaya kita selama ini, saya bisa mengerti mengapa beberapa orang bersikap skeptis. Saya juga dulu seperti itu, tapi saya ingin memberi tahu Anda bahwa, Anda mungkin melihat semuanya salah. Kencan online bukanlah konsep pinggiran seperti di akhir 90-an."Â
Andhika yang saat itu berusia 32 tahun memberikan kesan pertama yang baik dan sopan. Setelah beberapa kali berkirim pesan, keduanya memutuskan untuk bertemu dan menjalin hubungan asmara.Â
Hari berganti bulan, Andhika semakin menunjukkan keseriusannya pada Dinda. Dinda dilamar oleh Andhika tepat di hari ulang tahunnya, 29 Oktober 2016, dan pada bulan April berikutnya saat Andhika berulang tahun, mereka pun menikah. Kini, Dinda dan sang suami telah dianugerahi dua orang anak.Â
Manis, bukan?Â
Tidak ada salahnya jika kita ingin berkenalan dengan orang lain melalui aplikasi kencan online yang ada. Terutama manusia zaman sekarang, mendapatkan sesuatu yang instan adalah hal yang sangat ingin dicapai.Â
Semudah itu hanya untuk bisa dekat dengan orang lain. Jika cocok, maka kita bisa langsung berkenalan dengan mereka via online dan saling berbagi atau bercerita satu sama lain.Â
Sebelum menggunakan aplikasi kencan online, pastikan Anda mengetahui terlebih dahulu dampak positif dan negatif yang dihasilkan dari aplikasi tersebut.Â
Untuk para wanita, jika merasa perlu, berilah informasi yang seadanya saja, jangan berikan informasi yang bersifat pribadi jika belum saling mengenal satu sama lain. Bijaklah dalam berkenalan dan jangan mudah terhanyut.Â
Untuk para pria, sama halnya dengan wanita, berilah informasi yang seadanya saja di awal perkenalan, tentunya informasi yang nyata agar para wanita tidak berburuk sangka dan tidak merasa terkecoh.Â
Terlepas dari kejadian tragis hingga memakan korban, aplikasi tersebut bisa digunakan untuk menambah relasi. Mungkin tidak harus menjalin asmara, tak salah juga jika hanya bertemu, bercerita, berukar pikiran sebagai teman, kan? Asalkan dengan orang-orang yang telah kita pelajari sifat dan sikapnya saat masih bertukar pesan.Â
Kita masing-masing telah diberi hikmat dari YME. Jika mendapat pesan masuk yang tidak pantas menggunakan informasi atau foto palsu, kita bisa saja menolaknya, tidak harus meladeni, apalagi hingga terlena.Â
Selain itu, kedua kisah bahagia di atas juga menjadi bukti bahwa ada pria dan wanita "baik-baik" yang juga menggunakan aplikasi tersebut. Sebenarnya, semua tergantung dari cara kita masing-masing berpikir dan juga pembawaaan diri kita terhadap orang lain. Hendaklah kita senantiasa mampu menilik sisi positif dari sesuatu yang sepertinya telah dicap negatif.Â
Jakarta, 2019.
Christie Stephanie Kalangie
Referensi :
1) Kisah Kencan Tinder yang Tewaskan Wanita Cantik
2) I met my husband on Tinder --- here's what everyone gets wrong about online dating
3) It's a Match! Kisah 3 Perempuan yang Sukses Menikah dari Kencan OnlineÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H