Satu minggu yang lalu, saya sedikit disibukkan dengan kegiatan menemani sepupu-sepupu saya dalam rangka cuti dari pekerjaan dan menikmati Kota Jakarta sebagai tempat berlibur mereka selama kurang lebih lima hari.Â
Mereka sudah sepuluh tahun bermukim di salah satu kota di Papua Barat yang terkenal dengan sebutan "Kota Minyak". Karena perbedaan waktu 2 jam dan jarak yang begitu jauh membuat kami jarang sekali bertemu dan menghabiskan waktu bersama.Â
Kesempatan lima hari yang singkat tersebut, kami benar-benar menggunakannya dengan baik untuk mengobrol, berbagi sedikit-banyak pengalaman setelah lama tak jumpa, menemani berbelanja oleh-oleh dan menikmati kegiatan lainnya yang tidak ada di "kampung".Â
Kampung...Â
Sebenarnya, tempat mereka bermukim selama ini pun tidak benar-benar berada di kampung atau pinggiran kota, mereka tinggal di tengah kota. Namun, ada beberapa hal yang membuat saya dengan sedikit-agak-tega menyebut kata "kampung".Â
Sedikit penggambaran yang ingin saya berikan...Â
Contohnya, penggunaan e-Money berbentuk kartu. Saat mobil yang kami tumpangi melewati pintu tol, saya segera mengeluarkan kartu uang elektronik tersebut untuk melakukan transaksi dengan hanya sekali menempelkan kartu. Penggunaan kartu uang elektronik ini pun tidak hanya di pintu tol saja, bisa juga digunakan untuk transaksi di beberapa supermarket, tempat parkir, dan lain sebagainya. Fasilitas transaksi yang sangat praktis tersebut ternyata tidak mereka ketahui, mereka lebih sering mengeluarkan uang tunai.Â
Karena bagi mereka, walaupun memiliki kartu uang elektronik, kartu tersebut pun tak bisa digunakan di tempat tinggal mereka mengingat jalan tol yang belum ada, supermarket dan tempat parkir serta tempat-tempat lainnya yang hanya menerima uang tunai saja.Â
Begitu pula dengan m-banking atau mobile banking, layanan yang disediakan oleh bank untuk melakukan berbagai transaksi perbankan melalui berbagi fitur yang ada pada ponsel pintar (smartphone), tidak mereka ketahui fungsi dan cara penggunaannya, sehingga sedikit repot karena harus keluar, dan mencari ATM hanya untuk sekali transaksi. Padahal, dengan layanan mobile banking pada smartphone, dimana pun-kapan pun kita bisa melakukan transaksi tanpa harus merasa repot.Â
Bukan hanya dalam hal bertransaksi saja, tapi juga dari segi transportasi, seperti MRT. MRT atau Moda Raya Terpadu adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik di Jakarta. Pada kesempatan tersebut, saya juga mengajak mereka untuk menikmati fasilitas transportasi MRT.Â
Mengenai MRT, memang harus dimaklumi karena MRT di Indonesia hanya di Jakarta dan baru saja diresmikan pada tanggal 24 Maret 2019 silam. Namun, melihat euforia mereka saat menikmati MRT, ada sedikit perasaan sedu yang saya rasakan. Kapan saja saya bisa naik MRT di Jakarta, tapi tidak dengan mereka.Â
Sama halnya dengan ojek online. Rupanya, disana belum ada layanan ojek online, sehingga penduduk di tempat sepupu saya tinggal masih menggunakan ojek pangkalan dengan tarif yang jauh lebih mahal, dan tidak mendapatkan berbagai fasilitas layanan menarik yang kita nikmati disini dari ojek online.Â
***Â
Uraian di atas membuat saya kembali bersyukur karena masih bisa menikmati berbagai fasilitas yang ada di Kota Jakarta.
Entahlah, saya pun bukan orang yang lihai mengkritik mengenai pembangunan infrastruktur, SDA, SDM, maupun politik yang ada di negara ini, namun dengan melihat sendiri bukti nyata ini, bisakah hal-hal di atas saya anggap sebagai bukti kesenjangan perekonomian di Indonesia?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H