Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Meminjamkan Uang Kepada Teman

6 November 2019   11:35 Diperbarui: 6 November 2019   15:35 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang, meminjamkan uang kepada teman mungkin bukan masalah. Apalagi, jika kondisi keuangan memang sedang sehat. Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa urusan uang adalah hal yang sensitif. Beberapa orang berpendapat bahwa pertemanan dan uang seharusnya tidak boleh dicampur-adukkan. 

"Jika Anda ingin melindungi suatu hubungan, jangan meminjamkan uang Anda kepada siapa pun." 

Tentu saja hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Ketika berada di tengah situasi ini dan berusaha mengatakan "Tidak", bisa jadi kita akan merasa bersalah. Namun, ketika kita mengatakan "Ya", bisa jadi juga kita akan menyesal. 

Ya, kejadian ini juga sedang saya alami. Kira-kira awal tahun 2019, saat saya baru saja memutuskan untuk berkuliah sambil bekerja, tiba-tiba saya menerima pesan masuk dari salah seorang teman yang sebenarnya tidak begitu akrab. 

Pesannya pun tak tanggung-tanggung, langsung to the point, "Tie, aku boleh pinjam uang sebesar xxx? Besok atau Hari Senin akan aku kembalikan *dengan emotikon menangis* Aku mau ke Bandung tapi biaya transportasinya kurang. Kamu sudah kerja, kan? Jadi, aku hanya bisa minta tolong ke kamu saat ini." 

Saat itu, ada perasaan tidak tega yang bergejolak, saya selalu belajar memposisikan diri, "Bagaimana jika suatu saat nanti saya yang berada di posisinya? Mungkin saya kekurangan uang untuk transportasi, untuk makan atau lain sebagainya. Bagaimana jika saat ini saya tidak menolongnya? Apakah jika saya yang berada di posisinya saat ini, saya akan ditolong oleh orang lain?" 

Ya, hanya itu yang saya pikirkan saat menolong teman saya ini, dan saya pikir, ketika nanti ia sudah sampai di Bandung, barangkali ia akan bertemu dengan orang tuanya, lalu akan segera mengembalikan uang yang telah ia pinjam. 

Tanpa menunggu lebih lama saya pun segera mentransfer uang ke rekening bank miliknya sebesar yang ia butuhkan, tanpa rasa cemas sedikit pun dan malah merasa bak malaikat karena telah menolong orang lain yang sedang kesusahan. 

Keesokan hari, bahkan Hari Senin yang ia janjikan pun berlalu, tak ada kabar darinya. 1 bulan berlalu, ternyata ia telah mengganti nomor ponselnya. Hal ini pun saya ketahui dari salah seorang teman. 

6 bulan berlalu, ia seakan lupa bahwa ia telah berutang dan harus segera mengembalikan uang tersebut. 

Kami masih saling mengikuti account social media satu sama lain, namun ia benar-benar menunjukkan rasa tidak bersalah dengan cara memamerkan kegiatan hura-huranya. 

Hampir 1 tahun berlalu dan ia benar-benar tidak menghiraukan setiap pesan yang saya kirim untuk menagih utang tersebut. 

Kesal? Tentu saja. Namun ada sedikit rasa "kasihan" padanya karena bertingkah dan memiliki sifat seperti itu. Saya hanya bisa tertawa kecil sambil mengelus dada jika mengingat hal ini kembali. 

Dari kejadian ini saya banyak mendapat pelajaran penting. 

Terkadang, demi menjaga hubungan, kita jadi sungkan menagih utang. Tanpa disadari, hal tersebut malah membuat hubungan dan interaksi ke teman menjadi tidak nyaman. 

Saat diawal ingin meminjamkan uang, sebisa mungkin lakukan percakapan terbuka dan jujur untuk mendiskusikan masalah-masalah yang akan timbul dari pinjaman. Seringkali, masalah yang terkait dengan pinjaman ini dapat diselesaikan dengan cepat apabila dilakukan dengan percakapan yang jujur dari hati ke hati. 

Mungkin ada beberapa dari kita yang sedang menunggu uangnya untuk dikembalikan oleh sang terutang. Kita bisa sama-sama belajar dan menjadikan kejadian ini sebagai sebuah pengalaman. Oleh sebab itu, jika memang sudah melewati tenggat waktu pelunasan utang atau merasa perlu, tagihlah dengan sopan. 

Bagi yang sedang berutang, segeralah mengembalikan sesuatu yang bukan lagi milikmu. 

Jakarta, 2019.
Christie Stephanie Kalangie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun