Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jadi yang Utama tapi Diduakan atau Jadi yang Kedua tapi Diutamakan?

2 Oktober 2019   15:59 Diperbarui: 4 Oktober 2019   13:56 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa sayang yang begitu besar terkadang membuat kita lupa bahwa masih banyak orang lain yang mampu membuat hati kita menjadi lebih bahagia. Namun terkadang, menjadi yang kedua tetap dipilih walaupun banyak sekali rasa sakit yang nantinya akan kita rasakan. Hal ini bukan hanya karena rasa suka saja, tapi lebih dari itu. Kadang, kita pun menyadari bahwa rasa sayang ini bertepuk sebelah tangan, tapi tetap saja masih yakin bahwa suatu hari nanti ia akan memilih kita.

Pernahkah kamu menjadi yang kedua?

Kamu yang sedang membaca tulisan ini pasti berpikir, bahwa aku, yang menulis cerita ini sekarang sedang berada di posisi itu.

Ya, kamu benar.

Kesan pertamaku saat pertama kali bertemu dengannya, ia adalah pria yang manis dan terlihat dewasa. Ia juga memperlakukanku dengan sangat baik. Aku menganggapnya seperti sahabat, kakak, juga pasangan hidupku di waktu yang sama. Ia membuatku jatuh hati padanya dengan kenyamanan yang ia berikan. Sungguh, aku merasa begitu disayangi selama berada di dekatnya.

Kami menghabiskan banyak waktu di akhir pekan, mengingat kesibukan masing-masing dengan pekerjaan kantor dan juga tugas kuliahku di hari kerja. Bersamanya selama ini membuatku lupa akan apa artinya lelah dan bersungut itu.

Hingga suatu saat, karena rasa ingin tahu yang bergejolak, aku mencoba mencari tahu mengenai dirinya di masa lalu tanpa membiarkan ia yang menjelaskan padaku terlebih dahulu. Namun ternyata, hal ini menjadi boomerang bagi diriku sendiri. Perasaan menyesal karena hal ini ternyata menyiksa diriku dan perasaan bersyukur karena dibukakan jalan sehingga tidak begitu lama mengetahui kenyataan pahit ini, semuanya bercampur.

Faktanya adalah hubungan ini sebenarnya tidak semanis yang aku rasakan. Ada beberapa hal yang membuatnya harus, terus dan entah sampai kapan akan berkomunikasi dengan wanita masa lalunya layaknya pasangan kekasih.

Setelah perdebatan yang panjang, kami memutuskan untuk terus bersama walaupun aku harus mengorbankan perasaanku untuk waktu yang entah sampai kapan seperti ini. Berlanjutnya hubungan kami bukan karena adanya perjanjian bahwa ia akan mengakhiri hubungannya dengan wanita masa lalunya, bukan. Semuanya murni karena keinginan bersama, lebih tepatnya karena keinginanku yang mau terus mendampinginya.

Aku menyadari sepenuhnya, pasti aku akan merasa cemburu saat mengetahui bahwa ia sedang mengisi waktu bersama wanita masa lalunya. Walaupun begitu, aku akan tetap berusaha atau berpura-pura merasa bahagia.

Aku sadar bahwa aku sedang menyakiti diriku sendiri. Aku sadar bahwa pilihanku untuk tetap terus bersamanya adalah pilihan yang sangat konyol. Aku sadar bahwa hubungan seperti ini tidak akan berjalan dengan mudah.

Bukankah keinginan besar setiap pasangan adalah ingin berjalan dalam hubungan yang memiliki tujuan dan arah yang jelas? Ya, aku pun sangat menginginkan hal tersebut terjadi di dalam hubungan kami. Tapi nampaknya sangat sulit.

Kisah asmaraku tidak semanis kisah pasangan-pasangan lainnya. Menyedihkan, bukan?

Teruntuk kalian yang sedang membaca kisah sedih ini, aku berharap kalian bisa memetik dari sudut pandang yang positif.

Aku merelakan hatiku tersayat bahkan tercabik dalam hubungan ini karena rasa sayang yang begitu dalam. Semuanya sudah terjadi, aku sudah terlanjur membiarkan hatiku terpaut padanya.

Bukankah dalam suatu hubungan harus ada yang rela berkorban? Ya, mungkin ini adalah waktuku untuk berkorban demi terus berjalannya hubungan kami ini.

Jika kalian sedang mengalami masalah seperti yang aku alami disini, aku berharap kalian lebih bisa menentukan jalan yang terbaik untuk hubungan kalian. Jika kalian menganggapku begitu bodoh dalam mengambil keputusan, ketahuilah bahwa ada begitu banyak fakta menyedihkan lainnya yang menjadi pokok permasalahan hubungan ini sehingga menjadi sangat rumit, namun tidak ingin aku tuangkan lebih banyak ke dalam tulisanku, dan secara singkat, inilah keputusan yang harus aku ambil.

Percayalah, berada di posisiku saat ini adalah bukan perkara yang mudah. Aku pun merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan air mata yang berlinang di pipiku.

Sebenarnya, jika aku harus memilih menjadi yang utama tapi diduakan atau menjadi yang kedua tapi diutamakan, jawabanku adalah tidak keduanya. Aku sungguh menginginkan hubungan yang menjadikan aku satu-satunya wanita yang diutamakan dan tak akan pernah diduakan. Apakah aku berlebihan?

Apakah hubunganku dapat berakhir dengan bahagia atau aku harus menelan pil pahit?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun