Dimana dalam Keppres ini memuat aturan terkait kebebasan menganut agama, kepercayaan, serta adat istiadat Tionghoa, termasuk Imlek.
Bahkan setelah Gus Dur dilengserkan, pada tahun 2002, perayaan Imlek pun ditetapkan sebagai hari libur nasional. Bermula dari adanya Keputusan Menteri Agama (Menag) No.13/2001 tentang penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional Fakultatif.
Presiden Megawati lantas menetapkan Keppres Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek, pada April 2002. Dan perayaan Imlek secara nasional pun dimulai pertama kali pada tanggal 1 Februari 2003. atau Tahun Baru Imlek 2553 Kongzili, dan ditetapkan sebagai hari libur nasional Tahun Baru Cina.
Pada intinya, Tahun Baru Imlek adalah perayaan yang hampir sama dengan perayaan tahun baru dari tradisi lainnya dimana di dalamnya ketaatan pada agama juga merupakan bagian integral dari perayaan tersebut.
Namun demikian, setiap tradisi tentu memiliki bagian yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Kalau tahun baru Masehi kita melihat tradisi tiup terompet dan kembang api sebagai simbol perayaan dan kebahagiaan, pada tahun baru Isaka atau hari raya nyepi di Bali justru kita disuguhi suasana sepi yang sakral.
Begitu juga peringatan tahun baru Hijriah yang oleh umat muslim diisi dengan pengajian, dzikir bersama, dan doa bersama di masjid-masjid atau di rumah. Bahkan dalam tradisi kami di Sulawesi ada pandangan bahwa 1 Muharram itu 'keramat' jadi sebaiknya jangan melakukan hal-hal yang bisa mengundang bahaya, karena bisa kejadian.
Ada juga di beberapa daerah menyelenggarakan pawai obor di malam tahun baru Hijriah, di mana masyarakat berarak-arakan sambil membawa obor, sebagai simbol semangat hijrah Nabi Muhammad SAW.
Nah, dalam perayaan tahun baru Imlek ini secara tradisional, ditandai dengan membakar petasan untuk menandai tahun baru. Rupanya tradisi bakar petasan ini bukan bermakna sebagai simbol kebahagiaan. Tetapi Tradisi bakar petasan ini bermula dari sebuah cerita tentang monster bernama Nian , yang diyakini telah menyebabkan kerusakan besar di beberapa kampung.
Menurut legenda, sebagai upaya masyarakat untuk mengusir monster Nian tersebut, maka masyarakat kampung menyalakan ledakan (petasan) untuk menakut-nakuti monster tersebut hingga pergi dari kampung.
Dalam masyarakat Tionghoa, tahun baru Imlek adalah acara mempertemukan keluarga. Seminggu sebelumnya persiapannya telah dilakukan, mulai dari pembersihan dan dekorasi rumah, serta belanja, terutama untuk hadiah dan perlengkapan, serta persiapan makanan.
Selain ritual keagamaan, acara utama pada perayaan Imlek adalah makan malam bersama keluarga. Pilihan hidangannya bervariasi, bergantung pada tradisi keluarga dan adat istiadat setempat. Ada makanan seperti daging dan ikan serta sayuran dan buah, kue-kue, manisan dan permen yang semuanya mempunyai makna atau filosofi dalam tradisi masyarakat Tionghoa.