Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Politik Uang Masih Menjadi Virus dalam Pilkada, Ayo Lawan

24 November 2024   16:13 Diperbarui: 24 November 2024   16:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada serentak tahun 2024 tinggal menghitung hari, memasuki minggu tenang perbincangan mengenai konstelasi politik justru semakin menghangat. Hampir di setiap perkumpulan warga, materi yang dibahas tidak lain adalah konteks Pilkada.

Hal yang sama tentu terjadi di hampir semua daerah, tidak terkecuali di Kota Kendari. Setelah tiga bulan terakhir di masa kampanye para kontestan berebut simpati di masyarakat dengan tawaran visi misi yang mentereng dan memikat, yang entah itu dapat terealisasi atau tidak.

Hingar-bingar dan hiruk-pikuk kampanye yang entah disadari atau tidak justru sebenarnya kontraproduktif dengan tantangan dan problematika yang dihadapi daerah. Mendatangkan artis-artis ternama dengan biaya yang tentunya bernilai wow!, hanya untuk sekedar berjoget-joget sambil berkoar akan membangun daerah.  

Sebaran baliho, banner dan atribut kampanye para calon 'mengotori' wajah kota, terpaku di pohon-pohon peneduh di tepi jalan, tertempel di tembok-tembok yang merusak pemandangan, tersobek hingga kemudian terlepas dan menjadi sampah tanpa ada sedikit pun kepedulian.

Dan puncak dari eforia kampanye tidak lagi membahas apa dan bagaimana visi misi kandidat, menjelang hari eksekusi pembicaraan yang menghangat adalah amplop serangan masing-masing kandidat.

Perang isu, terkait nominal serangan masing-masing calon merebak di masyarakat, para tim sukses yang beberapa bulan terakhir sibuk mendata warga yang akan diserang mulai ketar-ketir menunggu kapan amplop serangan akan diedarkan.

Masyarakat di akar rumput mulai gelisah menanti kapan serangan akan tiba, kabar-kabar angin yang santer beredar di sejumlah tempat telah ada serangan yang beredar dan memang itu benar adanya. Di satu sisi orang-orang yang peduli akan Pilkada jujur, adil dan berkualitas bertanya-tanya, dimana KPU, dimana Bawaslu dan Panwas?

Menjadi seorang pemimpin bukan tugas yang ringan. Demikian juga memilih seorang pemimpin bukanlah perkara yang mudah. Pemimpin yang terpilih harus menjadi sosok yang mengayomi dan melayani rakyatnya, menunaikan janji-janjinya, serta mampu bersikap adil kepada seluruh masyarakatnya.

Tugas seorang pemimpin itu bukan hanya dihadapkan pada pertanggungjawaban di dunia tetapi juga di akhirat, demikian juga bagi pemilihnya pertanggungjawabannya akan dimintai di dunia terlebih di akhirat.

Ketika engkau memilih karena setumpuk rupiah, dan yang engkau pilih pun berbuat baik bagi daerah dan masyarakat engkau tetap mendapatkan dosa, apalagi jika pemimpin yang terpilih itu berlaku dzalim, korup, dan tidak mensejahterakan masyarakat, naudzubillahi min dzalik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun