Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sastrawan Korea, Han Kang Raih Hadiah Nobel Sastra 2024

13 Oktober 2024   15:50 Diperbarui: 14 Oktober 2024   18:03 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengumuman penghargaan Nobel Kesusasteraan tahun 2024 telah dilakukan pada Kamis 10 Oktober 2024, dan penghargaan tersebut diberikan kepada penulis perempuan asal Korea Selatan Han Kang atas karya-karya prosanya yang intens berselancar dalam tradisi di masyarakat tradisional Korea, tentang kerapuhan kehidupan manusia serta trauma luka sejarah.

Han Kang adalah penulis dan juga seorang profesor yang pernah bekerja di Departemen Penulisan Kreatif di Institut Seni Seoul (2007-2018). Lahir di Gwangju, 27 November 1970), sebelum meraih hadiah Nobel di bidang sastra 2024, Han telah meraih banyak penghargaan baik lokal maupun internasional atas karya-karya menakjubkannya.

Terpilihnya Han Kang sebagai peraih hadiah Nobel di bidang sastra tentu bukanlah hal yang mudah, mengingat karya-karya Han Kang dikenal oleh masyarakat internasional adalah dalam bentuk sastra terjemahan yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kualitas atau orisinalitas terjemahan sebagaimana dengan salah satu novel karya Han Kang, The Vegetarian yang banyak mendapatkan kritikan publik terkait metode penterjemahannya.

Selain itu, publikasi karya Han Kang dilakukan melalui penerbitan independen yang bahkan sekarang sudah tidak beroperasi lagi, untuk menjangkau khalayak luas ini tentu tidaklah mudah jika dibandingkan dengan penerbit mayor yang tentu memiliki jaringan yang lebih luas. Ini menunjukkan bahwa kualitas karya terbaik akan memiliki jalannya sendiri untuk menemukan muaranya.

Han Kang adalah penulis Korea Selatan pertama dan penulis Asia kedelapan yang memenangkan hadiah Nobel sastra tersebut. Han juga merupakan penulis wanita Asia pertama dan yang ke-18 secara keseluruhan yang bisa meraih penghargaan Nobel di bidang sastra.

Empatinya terhadap sisi kemanusiaan yang rapuh dalam tradisi masyarakat Korea dan juga luka sejarah yang menyayat, membuat karya-karya Han Kang terkesan begitu detil mengeksplorasi berbagai tema patriarki, kekerasan, kesedihan, dan kemanusiaan.

Han Kang mengawali debut sastranya pada tahun 1993 lewat majalah Korea Literature and Society yang memuat lima puisi karyanya. Dan tahun berikutnya, Han Kang telah mengukir namanya sebagai salah satu bakat besar sastra di Korea, dengan memenangkan kontes sastra musim semi Seoul Shinmun melalui karya ceritanya, Red Anchor.

Foto: Han Kang (Gary Doak / eyevine / Redux via theatlantic.com) 
Foto: Han Kang (Gary Doak / eyevine / Redux via theatlantic.com) 

Novel, Novela, puisi dan kumpulan cerita pendek mulai mengalir secara produktif dari tangan Han. Debut karya prosa Han dimulai pada 1995 lewat kumpulan cerita pendek pertamanya, Love of Yeosu. Setelah itu karya-karya novel Han mulai mengalir antara lain "Your Cold Hands", "The Vegetarian", "Human Acts", "The White Book", "Greek Lessons", dan "I Do Not Bid Farewell".

"Your Cold Hands" (2002) yang mengupas obsesi seorang pemahat yang terobsesi membuat gips plester tubuh wanita yang menggambarkan konflik antara realitas dan yang tersembunyi. Karya ini menunjukkan gambaran dari minat Han Kang terhadap seni yang memiliki kesadaran unik akan hubungan antara tubuh dan jiwa.

"The Vegetarian" (2007) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 2015 oleh Deborah Smith, dan diterbitkan oleh penerbit independen yang kini tak beroperasi lagi, Portobello Books mengejutkan banyak pembaca dan kritikus dengan gambarannya yang eksplisit, tentang perlawanan individu dari seorang wanita muda yang keras terhadap sebuah tradisi dalam masyarakat yang menindas.

Meski mendapat banyak kritikan publik terutama mengenai orisinalitas terjemahannya, novel tersebut kemudian memenangkan penghargaan International Booker pada tahun 2016. Han Kang semakin melebarkan sayap, kini Ia bukan hanya berkiprah di dunia sastra negerinya, tetapi Han sudah menembus batas internasional.

Novel karya Han berikutnya adalah "Human Acts" (2014), berkisah tentang luka sejarah rakyat Korea dalam pembantaian Gwangju pada bulan Mei 1980, saat pemberontakan ditumpas secara brutal oleh militer Korea.

Novel ini, mengenang dan menceritakan kembali pembantaian Gwangju, kematian seorang anak laki-laki bocah SNP menjadi dorongan untuk melihat bagaimana penderitaan dari peristiwa bersejarah ini melalui sudut pandang narasi dari tokoh yang terlibat didalamnya.

"Human Acts" memenangkan Penghargaan Manhae untuk Sastra Korea (2014) dan Penghargaan Malaparte Italia (penghargaan yang diberikan kepada penulis Internasional), (2017). "Human Acts" sudah bisa dinikmati oleh pembaca di Indonesia lewat terjemahan bahasa Indonesianya dengan judul "Mata Malam"

"The White Book" (2017), novel yang menceritakan bagian-bagian singkat tentang hal-hal yang berkaitan dengan warna putih, yang tersaji dalam rangkaian prosa puitis yang sangat menyentuh tentang kesedihan, transmutasi, dan penyembuhan, dalam perenungan penulis atas dukacita dari kematian seorang adik perempuan yang terlahir prematur.

Ekspresi dan kesedihan yang diungkapkan dalam bagian-bagian yang puitis lewat prosa puisi metafora yang begitu indah, semua terangkum dalam narasi yang bisa dikatakan sebagai sebuah antologi prosa puitis yang akan membuat kita berdecak kagum atas keterampilan imajinasi sang penulis.

Buku terbaru Han, "Greek Lessons", edisi terjemahan bahasa Inggris, terbit 2023. Namun, "Greek Lessons" sendiri rilis jauh lebih awal di Korea, tahun 2011. Juga terbit dalam edisi terjemahan Perancis (2017) dan Norwegia (2023)

Novel yang menceritakan seorang guru bahasa Yunani yang perlahan-lahan mulai kehilangan penglihatannya dengan seorang murid wanita muda yang baru saja kehilangan suaranya. Interaksi antara guru dan murid yang berkembang semakin dekat dan semakin dekat dimana mereka berusaha saling memahami atas rasa sakit dan ketegangan batin mereka bersama-sama. Novel yang diterjemahkan ke bahasa Inggris bersama oleh Deborah Smith dan Emily Yaewon.

Novel terbaru Han Kang "I Do Not Bid Farewell" yang rilis di Korea pada September 2021, yang menggambarkan tragedi pembantaian warga sipil tahun 1948 di pulau Jeju, selatan Korea dari sudut pandang tiga wanita (Kyung-ha, In-sun, dan Jung-shim) yang bertekad untuk tidak mengucapkan selamat tinggal.

Sekali lagi kekuatan penggambaran atas tragedi kelam yang dinarasikan dari sudut pandang pelaku berhasil membawa pembaca ke dalam perenungan betapa berharganya kehidupan yang diberikan kepada kita sebagai nikmat yang harus disyukuri.

Novel "I Do Not Bid Farewell" memenangkan Penghargaan Emile Guimet untuk Sastra Asia, pada Februari 2024. Sebelumnya pada November 2023, novel tersebut memenangkan penghargaan bergengsi di Perancis, Prix Medicis untuk sastra asing. Prix Medicis sendiri merupakan penghargaan sastra utama Perancis untuk merayakan karya sastra yang luar biasa.

Novel terbaru Han ini akan rilis dalam cetakan berbahasa Inggris pada Januari 2025, dengan judul "We Do Not Part", yang dialih bahasakan oleh Emily Yaewon dan Paige Aniyah Morris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun