Gerbang Ramadhan di tahun 1445 H atau 2024 masehi telah terbuka, panggilan bagi orang-orang yang beriman untuk melaksanakan kewajibannya berpuasa selama bulan Ramadhan, sebagaimana yang telah diwajibkan bagi orang-orang terdahulu, agar mereka menjadi orang yang bertakwa.
Puasa bukan sekedar ibadah fisik (jasmani) dengan menahan lapar dan haus serta menahan syahwat di siang hari, tetapi yang terpenting puasa adalah ibadah rohani yang akan menuntun kita menuju derajat takwa.
Ibadah puasa menuntut kesiapan diri lahir dan bathin. Bagaimanapun kondisi dan keadaan kita kewajiban berpuasa tidak bisa ditawar-tawar kecuali dalam kondisi dan keadaan yang memang tidak memungkinkan secara syar'i, seperti dalam keadaan sakit yang memang tidak memungkinkan untuk berpuasa, musafir, dan hal-hal syar'i lainnya.
Di saat ummat muslim di seluruh penjuru dunia menyambut gembira datangnya Ramadhan Karim yang penuh keberkahan ini, di satu sisi ada orang-orang yang menyambut Ramadhan dalam kondisi keprihatinan yang mendalam, seperti saudara-saudara muslim Palestina, atau saudara-saudara kita yang kebetulan diuji dengan bencana.
Sejatinya setiap orang tentu ingin menjalankan ibadah puasa dalam ketenangan, kedamaian dan kekhusyu'an, tetapi kondisi yang kita hadapi tentu tidak mesti seperti itu, seperti di kota saya yang beberapa hari belakangan ini dilanda musibah banjir bandang yang cukup menyesakkan dada, dengan begitu banyak korban harta benda dan bahkan juga nyawa.
Dan kondisi cuaca sampai saat ini masih belum berubah, ancaman banjir masih terus menghantui warga yang masih trauma dengan bencana yang terjadi. Kegembiraan yang semestinya terpancar demi menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, menjadi sedikit kelam.
Namun, sebagai insan beriman yang dipanggil untuk menjalankan ibadah puasa, apapun kondisi dan keadaannya semua harus disyukuri sebab di balik kesulitan pasti akan ada kemudahan sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur'an Surat Al-Insyirah yang dua kali mengulangnya dalam Ayat 5 dan 6.
Kesyukuran terbesar adalah kita masih diberi kesempatan, dan diberi kesehatan bertemu dengan pintu-pintu rahmat, pintu-pintu pengampunan dan pintu-pintu pahala yang terbuka seluas-luasnya, sebagaimana dikatakan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
"Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan,".
Sungguh salah satu makna terbaik dari bulan Ramadhan adalah memanifestasikan rasa syukur atas segala nikmat Allah Subhanahu Wa Taala, agar kekhusyu'an dan keberkahan Ramadhan itu betul-betul bisa kita raih.