Haller kembali mendapatkan peluang untuk menambah golnya, tetapi percobaannya masih melebar tipis.Â
Namun, satu gol dari Haller itu sudah cukup untuk menyelesaikan pertandingan semifinal yang menegangkan. Peluit akhir dari wasit Mutaz Ibrahim disambut raungan bergemuruh yang memekakkan telinga.
Keberhasilan The Elephants menembus final ini menjadikannya sebagai negara tuan rumah pertama yang mencapai final Piala Afrika sejak Mesir melakukannya pada tahun 2006.
Bagi juara dua kali Piala Afrika ini merupakan suatu terobosan yang sungguh luar biasa bagi tim yang berada di ambang eliminasi pada babak penyisihan grup yang diwarnai dengan pemecatan pelatih saat turnamen sedang berjalan.
Sementara itu, bagi pasukan pelatih Sebastien Desabre kekalahan dari Pantai Gading menghapuskan harapan bagi pasukan The Leopard untuk tampil pertama kalinya di final Piala Afrika sejak mereka menjadi juara pada tahun 1974 saat masih bernama Republik Zaire.Â
Ini juga sekaligus menjadi kegagalan RD Kongo membalas kekalahan 3-1 mereka dari Pantai Gading di semifinal terakhir mereka, pada tahun 2015 di Guinea Khatulistiwa.
Di pertandingan semifinal ini, para pemain RD Kongo mendedikasikan dukungan  untuk meningkatkan kesadaran akan penderitaan jutaan warga Kongo yang terkena dampak kekerasan di bagian timur negara mereka.
Tim Kongo mengisyaratkan protes saat lagu kebangsaan mereka dinyanyikan, dengan menutup mulut mereka dengan satu tangan dan menggunakan tangan lainnya untuk menirukan pistol yang diarahkan ke kepala mereka.
"Itu adalah pesan dukungan bagi para korban, untuk menunjukkan apa yang terjadi di wilayah timur. Kami harus menyorotinya," kata pelatih RD Kongo Sebastien Desabre.
Pantai Gading akan menjajal Nigeria dalam laga final pada Hari Minggu nanti, Stadion Olimpiade Ebimpe kembali akan menjadi tempat pertandingan.Â
Apakah tuah Stadion Olimpiade Ebimpe akan berulang dengan kemenangan tuan rumah atau mengulang kekalahan menyesakkan 0-4 dari Guinea Khatulistiwa pada 22 Januari lalu?