Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sampdoria Klub Raksasa yang Tidur dan Tak Pernah Bangun Lagi

18 April 2023   14:37 Diperbarui: 20 April 2023   10:00 2308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Domain Publik Italia (via: breakingthelines.com)

Bagi penggemar liga Serie-A Italia, tentu tidak asing dengan klub yang bermarkas di Stadion Luigi Ferraris ini. 

Yah, Sampdoria klub yang berjuluk Blucerchiati merupakan salah satu klub yang punya nama mentereng, yang mampu menyodok dominasi the magnificent seven Liga Italia yang terdiri dari Juventus, Inter Milan, AC Milan, Lazio, AS Roma, Napoli dan Fiorentina.

Pada awal 80-an hingga akhir 90-an, menjadi era keemasan dari klub Liga Italia yang pernah menjadi tempat tim Primavera Indonesia menimba pengalaman, di mana tiga pemain timnas kita Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti dan penjaga gawang Kurnia Sandy pernah bergabung bersama tim Primavera Sampdoria, bahkan Kurnia Sandy sempat bergabung dengan tim Sampdoria yang saat itu dikomandani Sven Goran Erikson.

Sayangnya, sepeninggal pemilik klub, Paolo Mantovani yang meninggal dunia pada Oktober 1993. Mantovani kemudian digantikan oleh anaknya, Enrico. Prestasi Sampdoria pun mulai menurun tak lagi secemerlang seperti era keemasan Sampdoria saat di bawah komando pelatih asal Yugoslavia (Serbia) Vujadin Boskov. 

Kini di klasemen sementara Liga Serie-A Italia, Sampdoria berada di dasar klasemen dan sepertinya tidak ada lagi yang dapat menyelamatkannya tim yang diperkuat oleh penjaga gawang berdarah Indonesia Emil Audero ini dari degradasi.

Il Samp mengawali kiprah positifnya dipertengahan 1980-an, saat berada di bawah kepemilikan baru, pengusaha minyak Paolo Mantovani. Setelah terpuruk ke Serie B, Sampdoria kembali promosi ke Serie A tahun 1982. 

Trofi perdana bagi Sampdoria dipersembahkan oleh pelatih Eugenio Bersellini yang membawa Il Doria memenangkan Coppa Italia 1984/85.

Foto: Domain Publik Italia (via: breakingthelines.com)
Foto: Domain Publik Italia (via: breakingthelines.com)

Kedatangan pelatih legendaris asal Yugoslavia, Vujadin Boskov, membuat Sampdoria semakin bersinar. Gelar Coppa Italia kedua mereka raih tahun 1988 dan menembus final Piala Winners berhadapan dengan Barcelona. Akan tetapi sayangnya dua gol dari Julio Salinas dan Luis Rekarte membuat mereka harus menyerah 0-2 dari Barcelona.

Pada musim berikutnya Il Doria kembali berkompetisi di Piala Winners 1989/90 setelah kembali memenangkan Coppa Italia. Kali ini Sampdoria tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan merengkuh gelar juara setelah mengalahkan Anderlecht di babak final. Melalui 2 gol yang dicetak Gianluca Vialli dibabak extra time.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun