Sementara untuk kalangan anak muda, seringkali ada persepsi bahwa menggunakan bahasa daerah adalah sesuatu yang tidak gaul dan kampungan serta ketinggalan jaman. Â
Selain itu secara global, menurut data Unesco 40 persen penduduk tidak memiliki akses ke pendidikan dalam bahasa yang mereka gunakan atau pahami. Yang mana ini semua akan semakin menjauhkan generasi muda dalam penggunaan bahasa ibu (daerah) mereka.
Disamping itu, perkawinan antar suku juga merupakan faktor yang cukup dominan yang menjadikan sebuah keluarga meninggalkan penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi dalam keluarga.
Saya yang kebetulan menjalani perkawinan antar suku juga mengalami kesulitan dalam penggunaan bahasa daerah di keluarga saya, sehingga membuat anak-anak saya tidak paham dengan bahasa daerah kami.
Saya yang berbahasa ibu Bugis dan istri yang berbahasa ibu Tolaki (suku di jazirah Sulawesi Tenggara) tentu tidak mungkin bisa berkomunikasi dalam bahasa daerah masing-masing, beruntung saya sedikit bisa berbahasa daerah Tolaki.Â
Tetapi bahasa daerah itu bagi saya dan istri justru menjadi bahasa 'rahasia' jika ada sesuatu yang harus dibicarakan dan tak perlu diketahui anak-anak.
Bahasa daerah sebagai sebuah warisan kekayaan yang tak ternilai dan sedang terancam punah, baik itu karena jumlah penuturnya yang semakin terbatas maupun karena penggunaannya yang semakin ditinggalkan tentu merupakan sebuah kewajiban bagi negara untuk melakukan revitalisasi bahasa daerah.
Revitalisasi yang dilakukan tentunya tidak saja sekedar berorientasi pada memproteksi bahasa, tetapi juga dalam hal pengembangan serta memberikan space yang luas dan merdeka untuk berkreasi dalam penggunaan bahasa daerahnya terutama bagi generasi muda dari masyarakat tuturnya.
Bagaimana dengan anda, apakah sudah menjadi bagian dari upaya pelestarian bahasa daerah? Ataukah sama seperti saya yang secara tak sadar telah menjadi bagian dari orang-orang yang melakukan tindakan kontra produktif terhadap upaya pelestarian bahasa daerah.
Beruntunglah bagi bahasa daerah yang jumlah penutur dan penggunaan bahasa daerahnya masih banyak, seperti bahasa Jawa, Sunda, Batak, atau Minang yang dalam keseharian masih terus digunakan.Â
Di mana saking akrabnya penggunaan bahasa daerah tersebut, orang pendatang pun pada akhirnya bisa fasih ikut berbahasa daerah.