Perlu untuk diketahui, bahwa diabetes tipe 1 lebih banyak terjadi di wilayah Eropa atau Amerika Utara yang kurang paparan sinar mataharinya, dimana salah satu faktor yang menjadi pemicu terjadinya diabetes tipe 1 ini adalah kekurangan vitamin D yang salah satu sumber terbaik untuk mendapatkannya adalah dari sinar matahari.
Meski demikian tetap saja di negara-negara tropis yang cukup mendapatkan sinar matahari, ada yang menderita diabetes tipe 1. Termasuk di Indonesia, akan tetapi dengan banyaknya penderita diabetes pada anak di Indonesia, kemungkinan terbesarnya adalah terkait dengan diabetes tipe 2.
Tidak bisa kita pungkiri, seiring perkembangan jaman ada pergeseran kebiasaan dalam kehidupan di masyarakat, selain pola hidup, juga pola makan yang kebanyakan orang cenderung sudah tidak sehat, terlebih pada anak.
Sebagai contoh, banyak anak muda termasuk anak-anak yang lebih menyukai menyantap fast food serta makanan-makanan manis seperti roti, kue, hingga minuman karbonasi dan ice cream serta boba. Ini diperparah dengan kebiasaan bermain gadget atau juga HP yang membuat anak kurang gerak.
Konsumsi gula yang berlebihan dan tidak dipergunakan karena mager alias malas gerak, lama kelamaan akan terjadi peningkatan resistensi insulin. Resistensi insulin ini membuat tubuh tidak dapat memproses kelebihan gula dengan baik. Gula yang semestinya diproses menjadi energi (tenaga) tidak dapat terproses dan menumpuk menjadi gula darah yang memicu penyakit diabetes melitus tipe 2.
Sebagai diabetesi atau penderita diabetes saya mengalami hal yang hampir serupa dengan yang tersebut di atas. Awalnya pasca menjalani operasi mata yang mengharuskan saya untuk tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat-berat, saya pun tanpa sadar mengurangi total aktifitas berat saya. Tak pernah lagi berolahraga, lebih banyak diam (duduk atau tiduran).
Akhirnya sekitar tiga tahun berlalu, bencana ini pun datang. Berat badan yang tadinya naik cepat, kali ini turun dengan drastis padahal tidak sedang diet. Dalam hitungan bulan saja berat badan turun hingga 20an kilo. Begitu periksa ke dokter hasilnya gula darah 590 mg/dL.
Hal yang tidak pernah terpikirkan oleh saya kalau akan terkena diabetes, dalam keluarga dekat tidak ada yang punya riwayat diabetes. Ternyata diabetes bukan penyakit yang hanya terkait genetik saja. Faktor genetik memang ada, tetapi pola hidup sehat dan pola makan sehat adalah hal yang paling utama.
Sebagai penyakit yang tidak bisa sembuh, kecuali hanya bisa mengontrol saja stabilitas gula darah agar tetap stabil, dengan menerapkan pola hidup sehat dan pola makan sehat secara ketat dan disiplin. Tetapi itu semua tidak mudah, dalam waktu yang panjang dibersamai oleh diabetes rasa bosan dan bahkan lupa (atau mungkin pura-pura lupa) hampir selalu hadir.
Saya sekitar 15 tahun sudah sebagai diabetesi, naik turunnya kadar gula darah sudah kerap terjadi. Beruntung saya didampingi oleh istri yang cukup telaten mengingatkan, mulai dari cara yang sabar sampai dengan ngomel-ngomel.
Sebagai diabetesi saya telah merasakan bagaimana s(d)uka-dukanya menderita diabetes. Tentulah tak ingin jika anak keturunan menderita penyakit yang sama. Diabetes memang tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dicegah jika dilakukan sejak awal. Hindari semua yang bisa memicunya, dan lakukan semua yang bisa mencegahnya.