Aku hanyalah setitik air yang menunggu nasib
mengikuti siklus dalam pasrah yang tak berkesudahan
terperangkap di rerumputan, lalu terjatuh ke tanah yang mulai haus
terserap akar, entah dari pohon mana
tertranspirasi menuju awan lalu terarak, entah pergi kemana
tercurah membasuh bumi mengalir ke pelimbahan, entah di pelimbahan mana
aku hanya setitik air yang takbisa memilih
pasrah dalam harapan tak tersesat di pelimbahan
siapa gerangan yang menunggu di ujung jalan kembaliku........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!