Sekeping rindu ini selalu saja menggaruk-garuk sunyi dengan rintihannya yang sesak, penuhi setiap rongga dari ingatan yang menganga.
Tentang airmata, senyuman tulus dan belaian kasih yang belum memburam di pigura waktu yang telah lama kugantung sepeninggalmu.
Setiap malam menyibak, ada sedu yang menyanyi. Juga kali ini, dendang rindu itu memukul-mukul darah membatu di jantungku.
Ingatkan kembali semua detak-detik berharga yang mengalir dari lisanmu, mengusap dari belaianmu dan mendekap dari pelukmu.
Di bentang waktu, bulir-bulir rindu ini selalu berulang dalam repetisi yang menggila ditampar penyesalan.
Ibu,,,, jika engkau dapat menamparku, tamparlah aku dengan sekuat inginmu, agar kurasakan kelembutannya. Dan kutahu, meski berpisah alam kau masih ada untukku.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H