Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Gara-gara Nick Carter, Akhirnya si Bubu Bisa Membaca

25 September 2022   00:05 Diperbarui: 25 September 2022   00:09 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: dreamstime.com

Anda boleh percaya tapi tak boleh tidak percaya, pada cerita tentang temanku yang akan kuceritakan ini.

Memang sih, sepertinya tidak masuk diakal jika kukatakan kalau teman yang ingin kuceritakan ini belum bisa membaca, yah belum bisa membaca padahal dia (waktu itu) sudah duduk di kelas dua SMA.
Tapi seperti yang sudah saya bilang di atas, anda tak boleh tidak percaya karena ini memang kisah nyata yang terjadi.

Entah siapa yang salah atau siapa yang jago, kalau temanku yang bernama Bubu ini bisa naik kelas, tamat SD lalu sekolah lagi, naik kelas dan tamat pula dari SMP, masuk SMA dan naik kelas pula ke kelas dua, ajaib bin aneh kan?.

Nah, satu yang mungkin menutupi ketidakmampuan si Bubu membaca adalah dia bisa menulis (meniru tulisan) tapi tidak bisa baca.

Jaman tahun 1970-80-an, soal-soal ulangan dan ujian jawabnya multiple choice alias pilihan ganda a,b,c dan d. Jadi bagi Bubu menjawab soal bukan dengan berpikir tapi dengan menebak, caranya pakai kedua ujung jari yang dipertemukan sambil menutup mata, dipilihan mana ujung jari ketemu maka itulah jawabannya. Coba kalau bentuk soalnya esay test, entah bagaimana nasib si Bubu ini.

Teman-teman banyak yang tahu kalau si Bubu ini tidak bisa baca, makanya sering dikerjain disuruh baca, tapi ada banyak saja alasan dan cara Bubu mengelak.

Pernah Bubu ini disuruh baca tulisan "Vietnam"

"Bubu! coba kalau kamu bisa baca tulisan ini" kata ketua kelas sambil menunjuk tulisan "Vietnam" yang ditulisnya.

Sambil menatap tulisan itu, sejenak Bubu seperti berpikir, lalu dengan santai dia menjawab.

"Kalian pikir saya tidak tahu membaca, ini kan bacanya vitamin" kata Bubu dengan sedikit tersenyum.

Maka meledaklah tawa teman-teman yang ada. Menyadari kalau dia salah, dengan cepat Bubu beralasan kalau dia masih ngantuk dan matanya kabur tidak bisa melihat tulisan dengan baik.

Oh iya, di jaman kami sekolah dulu di tahun 1970-80an, jaman sebelum ada internet, belum ada hp, salah satu hobi anak sekolahan waktu itu adalah membaca.

Bagi anak-anak yang berprestasi tentu bacaannya buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah. Bagi anak-anak gaul bacaannya majalah remaja seperti "Hai", "Anita Cemerlang" atau novel lima sekawan karya Enid Blayton atau 

Klub Detektif karya Wolfgang Ecke serta cerita detektif remaja Jupe, Pete, dan Bob, dalam novel Trio Detektif karya Robert Arthur.

Nah, bagi anak-anak yang sedikit urakan dan nakal bacaannya mulai dari Kho Ping Ho, komik cerita silat, juga tak luput cerita serial pendekar 212 Wiro Sableng. Dan yang lebih sadis lagi bacaannya Novel dewasa Nick Carter atau Black Samurai karya Marc Olden.

Nah, berawal dari novel Nick Carter, akhirnya si Bubu bertekad untuk betul-betul belajar untuk bisa membaca. Kok bisa gitu, gimana ceritanya hingga Bubu bisa membaca karena novel Nick Carter itu.

Ceritanya waktu itu seorang teman yang memang sedikit urakan, rada-rada gokil istilah kami dulu. Waktu itu, sebut saja namanya Epen, hobinya baca Nick Carter. Saat itu pelajaran lagi kosong, tidak ada guru yang mengajar, si Epen kemudian mengambil novel Nick Carter yang baru disewanya dari penyewaan buku cerita, lalu dia membaca bagian cerita yang erotis dengan suara yang keras.

Bagi yang tahu atau mungkin pernah membaca novel Nick Carter, tentu bisa menebak bagaimana gregetnya gambaran erotisme yang ditulis oleh sang pengarang. Nah, begitulah si Bubu sangat tertarik dengan cerita yang dibaca dengan suara keras oleh Epen.

Maka Bubu pun mendekati Epen, duduk disampingnya dan berlagak serius ikut membaca. Sesaat Epen masih membaca dengan suara keras, namun tiba-tiba di segmen puncak cerita erotis itu, Epen berhenti membaca dengan suara keras, ia hanya membaca dalam hati.

Bubu yang menunggu bacaan Epen mulai gelisah dan penasaran.

"Kenapa kau baca pelan, Pen? Baca yang keras dooong" kata Bubu

"Ah, tidak mau. Saya capek baca keras-keras" kata Epen menolak permintaan Bubu

Bubu yang sudah terlanjur penasaran terus meminta dan bahkan membujuk Epen agar melanjutkan membaca dengan keras. Tapi, karena ini memang siasat Epen untuk mengerjai Bubu, ia tetap tidak mau membaca dengan keras.

"Ini kita berdua baca bersama saja" kata Epen sambil mendekatkan novel itu wajah Bubu.

Dengan memelas dan wajah polosnya akhirnya Bubu berkata "Saya tidak bisa baca, tolong kau bacakan"

Maka meledaklah tawa dari semua yang ada disitu.

Sebagai sahabat akhirnya Epen lanjut membaca dengan suara keras agar bisa didengar oleh Bubu, tetapi dengan satu syarat dari Epen bahwa Bubu harus belajar membaca dan dengan memelas disanggupi oleh Bubu.

Dan benarlah, beberapa waktu kemudian Bubu sudah mulai bisa membaca dengan lancar. Waktu terus berjalan dan kami pun semua lulus termasuk si murid ajaib Bubu yang juga ikutan lulus tetapi kali ini ia lulus dengan status sudah bisa membaca.

Dan Akhirul cerita, Bubu sekarang telah menjadi orang yang cukup sukses secara ekonomi dari usahanya. Siapa sangka gara-gara Nick Carter, Bubu akhirnya bisa membaca.
Dan catatan pentingnya, perjalanan hidup itu tidak ada yang tahu, sesuatu yang buruk bisa saja membawa ke kebaikan atau bisa juga sebaliknya, seperti si Bubu yang bisa berubah hanya karena penasaran dengan cerita porno ala Nick Carter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun