Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Nadal Melawan Usia dan Cedera Menuju Grandslam ke 23-nya

3 September 2022   10:42 Diperbarui: 3 September 2022   10:50 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Garrett Ellwood/USTA 

Perjuangan Rafael Nadal untuk kembali menjadi petenis nomor 1 dunia di usianya yang sudah melewati masa keemasannya, bakal menempuh jalan yang berat. Setelah kegagalannya di turnamen pemanasan jelang US Open, Cincinatti Masters, saat Nadal harus kalah di babak 32 besar dari petenis Kroasia, Borna Coric. Kini di turnamen grandslam US Open yang pernah empat kali dijuarainya, Nadal berharap untuk setidaknya bisa menapak hingga ke babak final untuk dapat mewujudkan misinya menjadi petenis nomor 1 dunia lagi.

Namun, nampaknya langkah Nadal untuk mewujudkan impiannya itu bukanlah hal yang mudah. Perlawanan sengit dan ketat harus dihadapi oleh petenis Spanyol yang menjadi unggulan kedua di turnamen US Open 2022 ini.

Posisi Nadal bersama Djokovic saat ini ibaratnya sebagai mercu suar di dunia tenis, berhadapan dengan kedua petenis ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi petenis lain untuk mengalahkan mereka, ada semacam energi lebih jika menghadapinya.

Dan perlawanan sengit itu telah dirasakan oleh Nadal sejak pertandingan awalnya di US Open saat berhadapan dengan petenis wildcard Australia Rinky Hijikata dalam pertandingan babak pertama US Open yang epik. Pemegang 22 gelar juara Grandslam ini kehilangan set pertama untuk membuat penonton di Arthur Ashe Stadium tercengang sebelum ia berusaha keras untuk bangkit dan memenangkan pertandingan dalam empat set, 4-6,  6-2,  6-3,  6-3.

Pertandingan keras dan epik ini membuat penonton harus berdiri dan bertepuk tangan untuk memberikan apresiasi atas sebuah pertandingan yang seru dan menarik. Hijikata diberi tepuk tangan meriah saat dia meninggalkan lapangan dan Nadal yang mengalahkannya juga berdiri dan bertepuk tangan saat Hijikata pergi setelah pertarungan tiga jam mereka.

Nadal menyebut Hijikata sebagai lawan yang "tangguh" dalam wawancara singkat pasca-pertandingan di lapangan.
Hijikata petenis berusia 21 tahun dan baru berperingkat 198 dunia itu memberikan perlawanan kepada  superstar Spanyol itu dengan serangan-serangan groundstroke spektakuler untuk merebut set pembuka dalam pertemuan pertama antara kedua petenis dengan skor 6-4 di depan penonton Arthur Ashe Stadium yang penuh sesak di Flushing Meadows.

Hijikata membuat penonton di Flushing Meadows terkejut ketika dengan spektakuler berhasil, mematahkan servis Nadal pada game ketujuh untuk membalikkan keadaan dan unggul 4-3. Dan kemudian Hijikata terus melaju dan merebut set pertama tersebut dalam tempo 45 menit.

Namun, Nadal memang pantas menjadi superstar dunia tenis modern, meski usianya boleh dikata tak muda lagi, tetapi semangat pantang menyerah yang ditunjang oleh ketenangan yang luar biasa serta pengalaman matang 21 tahun di tenis pro, membuat Nadal tetap survive dan merebut tiga set berikutnya dengan cukup mudah. Hanya saja di set ke-4 Hijikata kembali sedikit memberikan perlawanan dengan memaksa Nadal bermain hingga 1 jam 5 menit sebelum Nadal menutup set ke-4 itu dengan kemenangan 6-3.

Maju ke round 2, Rafael Nadal kembali mendapatkan perlawanan sengit, kali ini dari sesama petenis 'old crack', Fabio Fognini. Fognini, petenis Italia yang kini berperingkat 60 dunia, membuat pendukung Nadal yang memadati Arthur Ashe Stadium terhenyak. Fognini memenangkan set pertama hanya dalam tempo 35 menit, dengan mudah ia mematahkan servis Nadal di game ke-3 dan ke-7 untuk merebut set pertama tersebut dengan kemenangan 6-2.

Memasuki set kedua, Fognini masih terlihat begitu dominan di awal-awal game. Langsung memimpin 1-0 usai mematahkan servis Nadal, tetapi Nadal sekali lagi dengan kematangan pengalamannya mampu tampil tenang untuk balas membreak servis Fognini. Saling mematahkan servis pun terjadi hingga kedudukan 3-2 untuk Fognini.

Fabio Fognini kemudian menebar asa untuk merebut set kedua ini usai sukses mempertahankan servisnya dan unggul 4-2. Sekali dan sekali lagi, Nadal yang pantang menyerah menunjukkan bagaimana semangat bertanding seorang juara, tanpa kenal lelah ia meladeni perlawanan Fognini. Empat game berikutnya sukses direbut Nadal dengan dua kali mematahkan servis Fognini di game ke-8 dan ke-10, yang membawa Nadal merebut set kedua dengan 6-4, dalam laga yang berlangsung cukup panjang, 53 menit.

Selepas merebut set kedua dengan perjuangan yang keras, Nadal kembali menemukan form-nya, sementara itu Fognini tampil anti klimaks di dua set berikutnya. Nadal dengan mudah merebut set ketiga dalam durasi laga yang cukup singkat 37 menit, dengan skor 6-2 usai mematahkan tiga kali servis Fognini di game ke-4, 6 dan 8. Sementara itu di set ke-4 yang berlangsung hanya dalam durasi 33 menit, Nadal tak tertahankan untuk merebut tiket ke round 3, ia sukses mematahkan dua kali servis Fognini di game ke-2 dan ke-6 dengan skor 6-1.

Kemenangan Rafael Nadal diwarnai dengan lumuran darah akibat "kecelakaan aneh"  yang dialaminya di akhir kemenangan empat setnya atas Fabio Fognini.

Semangat mengejar gelar Grand Slam ke-23 untuk memecahkan rekor, Nadal melaju menuju kemenangan dengan penuh semangta dan energi, ketika dia melakukan pukulan backhand yang melebar. Raketnya memantul dari lapangan dan kemudian mengenai pangkal hidungnya, segera terlihat darah mengucur dari hidungnya dan mendorong petenis Spanyol itu untuk berjalan kembali ke kursinya dan berbaring.

"Itu hanya sebuah pukulan yang kuat. Pada awalnya saya pikir hidung saya patah, karena itu adalah kejutan di awal. Sangat menyakitkan. Saya kehilangan sedikit perasaan di kepala saya. Ini tentang menjadi sedikit keluar dari dunia," kata Nadal.

Namun, setelah tim medis memasangkan plester di hidungnya, Nadal kembali ke lapangan beberapa menit kemudian untuk menutup kemenangannya dengan 2-6, 6-4, 6-2, 6-1 yang membuat Arthur Ashe Stadium bergemuruh.

Di round 3 Rafael Nadal akan bermain melawan mantan petenis peringkat 7 dunia asal Prancis, Richard Gasquet pada Sabtu ini. Gasquet yang kini berperingkat 91 dunia juga merupakan sesama petenis gaek, diperkirakan akan menjadi lawan yang cukup mudah bagi Nadal, mengingat dari catatan pertemuan antara keduanya Nadal mencatatkan kemenangan 100% dari 17 kali duel diantara mereka. Pertemuan terakhir kedua petenis terjadi di babak kedua France Open 2021, dimana saat itu Nadal menang, 6-0, 7-5, 6-2.

Sampai sejauh ini performa Nadal masih cukup meyakinkan, meski usia tak lagi muda, jelas ada kondisi yang secara fisik menurun, selain karena usia juga karena faktor cedera yang kerap dialami Nadal, yang pernah mengharuskannya beristirahat cukup panjang nyaris sepanjang tahun. Comeback Nadal di 2022 mempersembahkannya dua gelar Grandslam di Australian Open dan France Open, namun gagal di Wimbledon yang hanya sampai di semifinal usai kalah karena mundur akibat cedera yang dialaminya.

Menarik untuk kita tunggu dan ikuti, perjalanan Nadal menuju nomor 1 dunia kembali serta Grandslam ke 23-nya melawan usia yang tak muda lagi serta cedera yang masih kerap menghantuinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun