Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sudah Saatnya PSSI Punya Road Map Standar Manajemen Pertandingan

19 Juni 2022   15:11 Diperbarui: 20 Juni 2022   18:01 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di luar stadion jelang laga Persib vs Persebaya. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)

Tragedi memilukan kembali mewarnai sepak bola tanah air. Di mana dua orang suporter sepak bola pendukung tim Persib Bandung atau yang dikenal dengan nama Bobotoh harus kehilangan nyawa saat akan menyaksikan pertandingan Piala Presiden 2022 di stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Jumat, 17/6 2022.

Setelah hampir tiga tahun terakhir ini pertandingan sepak bola baik dalam kompetisi resmi maupun persahabatan digelar secara tertutup tanpa penonton, akibat adanya pandemi Covid-19. Kerinduan para penggemar sepak bola tanah air untuk menyaksikan pertandingan secara langsung sepertinya sudah tak tertahankan.

Euforia suporter yang kembali bisa merasakan atmosfer menonton pertandingan secara langsung di stadion begitu menggebu, namun sayangnya hal ini tidak diantisipasi dengan baik oleh suporter itu sendiri dan juga oleh pihak penyelenggara termasuk pihak keamanan.

Meski hanya merupakan turnamen antara atau pemanasan menjelang kompetisi resmi liga, namun bagi suporter itu tidaklah berbeda, atmosfernya dan euforianya tetaplah sama, apalagi dalam pertandingan yang melibatkan dua kesebelasan yang memiliki aroma persaingan sebagai musuh bebubuyutan, seperti misalnya antara Persib Bandung dan Persebaya Surabaya.

Suasana di luar stadion jelang laga Persib vs Persebaya. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Suasana di luar stadion jelang laga Persib vs Persebaya. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)

Jatuhnya korban jiwa dalam dunia sepak bola Indonesia, bukanlah hal yang baru. Menurut data dari Save Our Soccer (SOS), sebagaimana dikutip dari Sindonews.com. Setidaknya ada 76 suporter meninggal dunia selama periode 1995 hingga 2018 karena berbagai sebab. Mulai dari terhimpit dan terjatuh di stadion, kecelakaan di jalan raya, hingga dikeroyok warga dan suporter lawan.

Secara tradisional terdapat beberapa tim yang memiliki suporter yang bisa digolongkan sebagai suporter "Ultras", mereka antara lain Persib Bandung, Persebaya Surabaya, Arema Malang, Persija Jakarta, PSM Makassar, PSIS Semarang dan juga PSMS Medan.

Perhatian 'lebih' harus diberikan jika pertandingan mempertemukan antara kesebelasan-kesebelasan di atas tersebut. Sebut saja Persib vs Persija, Persib vs Persebaya, Persebaya vs Arema, PSM vs Persija ataupun PSM vs PSMS Medan.

Perseteruan antar suporter dari tim-tim yang disebutkan di atas sepertinya sudah mendarah daging, saking kerasnya perseteruan itu, bahkan tidak jarang terjadi penghadangan ataupun penyerangan terhadap rombongan suporter yang melintas di daerah lawan. Seperti kasus penyeraangan kereta api yang memuat suporter Persebaya yang melewati wilayah suporter Persib ataupun PSIS Semarang.

Perseteruan yang diwarnai dengan euforia kebablasan sudah sering kita saksikan dan menyebabkan begitu banyak kerugian, baik itu berupa korban jiwa maupun korban materi, bukan saja bagi para suporter itu tetapi juga bagi masyarakat umum (perusakan dan penjarahan) dan juga fasilitas milik pemerintah.

Jika menilik dari perjalanan panjang kasus-kasus terkait pertandingan sepak bola ini, sudah seharusnya kita telah mempunyai road map yang baku bagaimana me-manage pertandingan sepak bola, bukan saja di dalam stadion dan di dalam pertandingan, tetapi juga manajemen pasca pertandingan hinga di luar stadion.

Sepak bola masih merupakan olahraga yang memiliki penggemar yang paling besar dan paling fanatik di tanah air, hal ini bukan saja bisa mencapai sebuah potensi positif yang bisa dimanfaatkan, akan tetapi ini juga bisa menjadi potensi kerawanan dan merugikan jika tidak ditangani dengan cara yang baik dan tepat.

Keberadaan suporter dalam dunia sepak bola memang merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, salah satu unsur yang sangat penting bagi meriahnya, hidupnya dan berkembangnya sepak bola adalah suporter, tanpa suporter sepak bola niscaya akan melempem bahkan akan mati dengan sendirinya.

Namun, keberadaan suporter ini pun kadang dapat menghancurkan sepak bola itu sendiri, kebrutalan, keberingasan dari euforia berlebihan serta kebablasan dari para suporter yang tidak terkontrol akan membawa dampak yang sangat buruk dan kerugian yang tak ternilai di masyarakat.

Harapan kita tentunya, kejadian-kejadian tragis jatuhnya korban, baik jiwa maupun materil yang diakibatkan oleh sebuah pertandingan sepak bola tidak lagi terulang. Sudah saatnya otoritas sepak bola tanah air bersama pengurus klub serta pemerintah daerah menyusun dan memiliki standar operasional baku penyelenggaraan pertandingan sepak bola.

Sungguh sepak bola sudah merupakan sebuah industri yang akan sangat menguntungkan bagi sebuah daerah jika bisa dikelola dengan baik dan tepat. Bukan saja secara ekonomi, tetapi bisa menjadi semacam ikon dari kota itu sendiri.

Jangan sampai sepak bola menjadi "mati" di suatu daerah hanya karena pemerintah daerahnya tidak mampu dan tidak mau menghadapi risiko dari pertandingan sepak bola yang mereka anggap merepotkan dan merugikan. 

Salah satu contoh yang dihadapi oleh kesebelasan PSM Makassar yang kehilangan markas tradisional mereka di stadion Mattoangin, yang kini sudah dirubuhkan dan konon eks lokasi stadionnya akan dialih fungsikan sebagai taman kota.

Nah, salah satu alasan dari akan dialih fungsikannya stadion Mattoangin adalah kemacetan yang diakibatkan oleh kendaraan penonton yang tidak bisa ditampung oleh jalan-jalan di seputar stadion yang berada di tengah pusat kota. Ini tentu termasuk kekhawatiran akan potensi kerusuhan pasca pertandingan.

Sebuah alasan yang secara umum mungkin bisa kita benarkan, akan tetapi jika pemerintah daerah punya komitmen serius untuk memajukan sepak bola daerah sekaligus memajukan daerah, tentu bukanlah hal yang sulit untuk mensinkronkan akan kebutuhan dan kepentingan kota serta kebutuhan dan kepentingan sepak bola sebagai bagian dari sejarah kebanggaan masyarakat sepak bola Sulawesi Selatan, khususnya kota Makassar.

Semoga kejadian tragis tewasnya penonton sepak bola ini menjadi kejadian yang terakhir di sepak bola tanah air. Sudah saatnya kita memiliki manajemen pertandingan sepak bola nasional standar yang berlaku di seluruh Indonesia, termasuk peta potensi konflik antara tim-tim yang secara tradisional mempunyai tensi persaingan yang cukup tinggi dan sengit.

Pertandingan sepak bola bukan lagi hanya sekadar berorientasi keuntungan, tapi haruslah berorientasi pada keamanan dan kenyamanan mulai dari pra pertandingan, saat pertandingan hingga pasca pertandingan. Maju dan jayalah sepak bola Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun