Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sebagai Klub Sultan, Mampukah Newcastle United Unjuk Gigi

22 Mei 2022   00:47 Diperbarui: 22 Mei 2022   10:00 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan Newcastle United untuk keluar dari ancaman terdegradasi akhirnya terjawab dengan keberhasilan mereka melakukan tranformasi dari tim tanpa harapan menjadi tim medioker.

Yah, setelah sempat terpuruk di dasar klasemen, The Magpies julukan dari tim Newcastle United ini perlahan mulai bangkit usai Mike Ashley sang pemilik sebelumnya pada 7 Oktober 2021 lalu menjual klub tersebut ke sebuah konsorsium baru dengan harga 305 juta Poundsterling, pengambil alihan ini membuat mereka menjadi klub sepak bola terkaya di dunia. Konsorsium tersebut terdiri dari Dana Investasi Publik Arab Saudi, RB Sports & Media dan PCP Capital Partners.

Tentu merupakan sebuah ironi, jika sebuah klub yang tercatat sebagai klub terkaya bukan saja di liga Inggris tetapi bahkan di dunia harus terdegradasi. Manajemen baru klub tentu berupaya agar Newcastle United tidak turun tahta sehingga harus berlaga di divisi satu.

Namun, dalam kondisi terpuruk seperti posisi The Magpies saat itu yang dalam 8 laga dibawah asuhan pelatih Steve Bruce tidak pernah meraih kemenangan dan hanya bisa mencatat tiga kali hasil imbang, untuk keluar dari situasi dan kondisi sulit seperti ini tentu tidaklah mudah.

Hal pertama yang harus dilakukan oleh pihak manajemen adalah mengganti Steve Bruce sebagai pelatih yang dianggap sudah tak mungkin lagi dapat meningkatkan performa tim. Sementara itu untuk penambahan dan penguatan skuad dengan mendatangkan pemain baru masih harus menunggu jendela transfer musim dingin dibuka.

Pencarian pelatih pengganti Steve Bruce tidaklah semudah membalik telapak tangan, meskipun Newcastle tercatat sebagai klub kaya raya. Bagi pelatih yang mempunyai kelas tentulah uang bukan segalanya, reputasi dan prestasi adalah hal yang harus mereka jaga, yang pertama hampir semua pelatih terbaik yang mungkin menjadi incaran manajemen Newcastle telah memiliki kontrak dengan klub masing-masing. Yang kedua para pelatih tentu tak akan mempertaruhkan reputasi mereka untuk melatih klub yang sedang terpuruk.

Dalam kondisi seperti ini, pilihan manajemen Newcastle begitu bijak, mereka tidak mengincar hal yang muluk-muluk. Bagi tim manajemen yang menjadi prioritas adalah bagaimana klub bisa tetap bertahan di premier league, langkah awal mereka adalah memberhentikan Steve Bruce sebagai pelatih dan menunjuk Greame Jones sebagai pelatih sementara yang bisa saja menjadi pelatih tetap jika bisa menunjukkan performa yang menjanjikan.

Namun, pihak manajemen klub masih belum puas terhadap kinerja Greame Jones yang dalam 4 laga bersama Newcastle juga tidak pernah menang dan hanya tiga kali bermain imbang. Dan secara mengejutkan perburuan pelatih Newcastle berakhir dengan munculnya nama Eddie Howe mantan pelatih Bournemouth dan Burnley.

Terpilihnya Eddie Howe sebagai pelatih mungkin oleh sebagian penggemar menimbulkan tanda tanya, akan tetapi reputasi dan prestasi Eddie Howe sebagai pelatih yang tercatat bisa mengangkat performa tim yang sedang dalam kondisi terpuruk menjadi jauh lebih baik, seperti ketika Eddie pertama menukangi Bournemouth yang terancam degradasi di kasta keempat liga Inggris (2008-2011), namun Eddie akhirnya bisa membawa Bournemouth selamat dari degradasi dan bahkan musim berikutnya Eddie Howe sukses membawa klubnya promosi ke league one (divisi 2).

Eddie Howe kemudian pindah ke Burnley selama dua musim dari kontrak tiga setengah tahunnya (2011-2012), hal yang sama dilakukan Eddie adalah menyelamatkan Burnley dari ancaman degradasi di divisi Championship (divisi 1), yang membawa Burnley finish di posisi 8 di musim pertamanya dan di posisi 13 di musim berikutnya.

Selanjutnya Eddie Howe kembali ke klub awalnya Bournemouth (2012-2020), bersama Bournemouth di liga One (divisi 3) Eddie sukses membawa Bournemouth promosi ke divisi 2 liga Championship di musim pertamanya di 2012 setelah berada di posisi runner up di bawah Doncaster Rovers.

Musim berikutnya Eddie bersama klub asuhannya bertahan di divisi Championship berada di urutan 10. Namun, musim berikutnya 2014-2015, Eddie membawa Bournemouth promosi ke divisi utama atau Premier League sebagai juara EFL Championship. Kesuksesan Howe dengan Bournemouth membuatnya diberi penghargaan inaugural Football League Manager of the Decade Award pada tahun 2015. Eddie membawa Bournemouth bertahan di liga premier selama 5 musim, sebelum terdegradasi di musim 2019-2020 saat timnya hanya bisa finish di posisi 18.

Tampilan debut Eddie Howe bersama Newcastle adalah laga tandang ke markas Arsenal di Emirates Stadium dengan hasil negatif kalah 0-2. Laga selanjutnya kontra Norwich di St. James' Park berakhir imbang 1-1 dan barulah di laga ketiga saat bertemu Burnley, Eddie sukses membawa The Magpies menang tipis 1-0 atas mantan klubnya. Secara keseluran hingga pekan ke-37 dengan 25 kali main, Eddie Howe sukses mencatatkan 12 kemenangan, 4 seri dan 9 kali kalah, salah satu kemenangan menarik Eddie adalah saat sukses melakukan revans atas Arsenal yang mereka kalahkan dengan skor sama 2-0 pada laga 17 Mei lalu.

Meski dengan dukungan finansial yang boleh dikatakan tak terbatas, namun dalam hal perburuan pemain kelas bintang tentu tidaklah mudah, pertama karena bursa transfer musim dingin yang berlangsung di tengah musim yang sedang berjalan tentulah arus transfer pemain tidak seramai dan sebanyak di jendela transfer musim panas, yang kedua pemain bintang tentu memasang standar untuk membela klub yang berlaga di kompetisi Eropa, begitu jarang pemain yang mau bermain bersama klub yang tidak bermain di kompetisi liga Eropa utamanya liga Champion, apalagi klub yang terancam degradasi.

Meski terlihat jor-joran di bursa transfer, dan melakukan pembelian terbanyak dan terbesar di bursa transfer dengan total belanja sekitar 86 juta pounds (Rp1,6 triliun). The Magpies hanya tercatat berhasil mendatangkan lima pemain baru. Di Liga Inggris, jumlah ini menjadi yang terbanyak, sama dengan Everton yang juga memboyong lima bintang anyar.

Kieran Trippier menjadi pemain pertama yang diboyong Januari ini usai didatangkan dari Atletico Madrid. Mendatangkan Kieran Tripper yang merupakan pemain asli Tyneside dipandang cukup brilian mengingat reputasi dan prestasi Trippier sebagai bek Timnas Inggris yang cukup tangguh dan berkelas. Kedatangan sang bek kanan ini kemudian disusul Chris Wood yang dibeli dari Burnley, pembelian Chris Wood ini sedikit menjadi lelucon di kalangan penggemar The Magpies.

Newcastle kembali membuat gebrakan dengan mengalahkan Arsenal dalam perburuan Bruno Guimaraes dari Lyon. Sang gelandang diboyong dengan banderol 33 juta pounds dan dikontrak 4,5 tahun. Dan menjelang penutupan di hari terakhir bursa transfer, Senin (31/01/22) waktu Eropa. The Magpies sukses mendatangkan dua pemain lagi dari sesama rival di Liga Inggris. Bek kiri Matt Targett dipinjam setengah musim dari Aston Villa, demikian juga bek tengah Dan Burn dibeli dari Brighton dengan biaya 13 juta pounds dan kontrak 2,5 tahun.

Pembelian ini pada akhirnya memang membawa perubahan besar bagi penampilan pasukan Eddie Howe ini, terutama Matt Target dan Dan Burn yang sangat mumpuni mengawal lini belakang The Magpies, begitu juga dengan Bruno Guimaraes yang menjadikan lini tengah Newcastle lebih hidup dan variatif dalam menyerang, sementara itu kontribusi Kieran Trippier belum terlihat banyak karena harus beristirahat akibat cedera yang dideritanya, sedangkan Chris Wood masih minim kontribusi dengan baru mencetak dua buah gol, satu gol saat mereka menang 2-1 atas Southampton dan satu gol lagi melalui penalti saat mereka menang 1-0 atas Wolves.

Menatap kompetisi musim 2022-2023, sebagai tim yang menyandang predikat tim kaya raya, pihak manajemen Newcastle tentu menginginkan hasil yang lebih baik namun tentu tidaklah muluk-muluk. Prioritas utama musim depan adalah mereka harus finish di zona liga Eropa. Seberapa besarpun kemampuan finansial klub selain ada aturan pembatasan belanja pemain, juga pemain-pemain kelas atas akan 'ogah' jika hanya bermain di klub yang tidak berlaga di liga Eropa, kecuali mungkin jika di klub asal sang pemain pun tidak lolos ke liga Eropa.

Yang menarik untuk kita tunggu siapa-siapakah pemain yang akan mendarat di St. James' Park nantinya. Serta hal menarik untuk ditunggu juga adalah apakah Eddie Howe akan tetap melatih Matt Target cs atau harus hengkang karena diganti oleh pelatih yang lebih punya nama besar ? Menarik untuk kita tunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun