Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gelombang 3 Covid-19, Tak Harus Membuat Panik Tapi Kewaspadaan Jangan Kendor

18 Februari 2022   00:55 Diperbarui: 18 Februari 2022   01:06 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trend perkembangan Covid-19 kembali meningkat, sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya bahwa gelombang ketiga Covid-19 akan terjadi di Indonesia yang puncaknya diprediksi akan terjadi di minggu ketiga-keempat bulan Februari ini.

Dari data harian, jumlah kasus terkonfirmasi positif sudah melebihi jumlah kasus positif harian gelombang kedua saat varian delta menyerang di pertengahan tahun 2021 lalu. Jumlah kasus harian telah menembus angka 65.000 kasus dan diperkirakan akan bisa mencapai 150.000 kasus dalam sehari, ini tentu suatu jumlah yang sangat-sangat tinggi.

Namun berita baiknya, bahwa tingkat hunian rumah sakit dan juga pusat-pusat isolasi tidaklah sebesar saat gelombang pertama dan kedua yang lalu, begitu juga dengan tingkat kematian yang terjadi tidaklah sememprihatinkan dengan gelombang covid-19 sebelumnya. Ini mungkin menunjukkan bahwa tingkat keparahan dari varian omicron tidaklah separah dengan varian alpha maupun varian delta.

Akan tetapi melihat situasi dan kondisi aktual terkait sikap masyarakat dan juga pemerintah, terlihat ada kecenderungan tidaklah seserius saat covid-19 pertama kali menyerang, begitu juga dengan saat gelombang kedua menggila. Ini semua bisa menjadi bom waktu yang tiba-tiba meledak dan menyusahkan kita sendiri, jika menganggap covid-19 bukan lagi sesuatu yang perlu diwaspadai.

Apakah sikap ini timbul karena banyak orang-orang yang telah melakukan vaksinasi mulai dari yang sudah vaksin dosis pertama, kedua dan bahkan banyak yang telah mendapatkan vaksin booster? Ataukah mungkin karena menganggap pandemi covid-19 ini terlalu dibesar-besarkan bahkan mungkin ada yang merasa ini dibisniskan?

Saya jadi bingung, apakah situasi yang terjadi sekarang ini positif atau negatif, lonjakan kasus harian yang sudah mulai meledak melebihi gelombang sebelumnya dan diprediksi akan jauh lebih besar lagi jumlahnya, namun antisipasi dan upaya pencegahannya cenderung semakin mengendur kecuali kebijakan terkait vaksinasi dan wajib test negatif covid dengan test PCR ataupun antigen bagi pelaku perjalanan khususnya perjalanan udara yang tidak pernah kendur.

Tetapi untuk kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat baik dari luar negeri maupun antar daerah sudah semakin kendor, kegiatan-kegiatan yang berpotensi mengumpulkan banyak orang yang dulunya hanya bisa dilakukan secara online, kini sudah bebas untuk dilakukan secara offline. Meskipun kalau dikatakan secara teknis persyaratan telah vaksin, test antigen atau PCR negatif Covid itu memang ketat dilakukan, akan tetapi sebagaimana yang kita lihat bahwa laju peningkatan kasus konfirmasi positif semakin melonjak dan rata-rata itu dibawah oleh orang-orang yang melakukan perjalanan yang nota bene sudah lolos skrening vaksin lengkap dan negatif Covid.

Saya mengambil contoh di daerah saya Kota Kendari, hingga akhir tahun lalu belum ada konfirmasi pasien positif covid-19, sekitar dua bulan lebih zero kasus. Nanti akhir Januari terdeteksi dua kasus positif, dari pelaku perjalanan luar daerah. Awal Februari, rilis data per tanggal 3 Februari sudah ada 12 kasus positif, seminggu berselang sudah meningkat tajam 213 kasus hingga terakhir rilis tanggal 17 Februari ini sudah mencapai angka 909 kasus aktif dengan 104 pasien sembuh yang berarti secara total bulan februari ini saja telah tercatat 1013 kasus positif. 

Namun satu yang menjadi pertanyaan, dalam aplikasi peduli lindungi. Dalam laporan statistik harian justru tidak terupdate, jika kita mengecek statistik harian kasus yang tercatat dari januari lalu tetap 2 kasus sampai sekarang, ini kan menunjukkan keteledoran nyata dari sebuah prograam yang diperuntukkan untuk memberi informasi apapun yang terkait upaya menghadapi pandemi covid-19. 

Dalam edaran Kemendagri, bahwa Kota Kendari kini kembali masuk dalam zona level 3, tetapi belum terlihat hal signifikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait PPKM dan hal-hal lain yang berkaitan dengan upaya mencegah semakin meluasnya wabah.
Melihat kondisi yang kini terjadi di Kota Kendari, mengingatkan kami saat wabah gelombang kedua pertengahan tahun lalu. Saat itu Kota Kendari hampir seluruhnya zona hijau hanya tersisa dua kasus aktif, lalu saat itu Kota Kendari menjadi tuan rumah dua perhelatan skala nasional. Yang pertama adalah tuan rumah Kejurnas Triathlon Series 2021, dan yang berikutnya menjadi tuan rumah Munas Kadin 2021, semua kegiatan event skala nasional yang dihadiri oleh banyak tamu dari daerah lain itu berjalan lancar dan sukses.

Dan saat Munas Kadin itu, ada seorang peserta kalau tidak salah dari DKI Jakarta yang terkonfirmasi positif saat dilakukan test saat akan masuk ke hotel tempat kegiatan berlangsung. Dan karena telah menjadi suratan takdir peserta yang terkonfirmasi positif itu meninggal dunia setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, saking ketatnya protokol covid saat itu, jenazah Almarhum tidak bisa dibawa pulang ke kampung halamannya, bahkan keluarganya telah menjemput khusus dengan mencarter pesawat pribadi namun jenazah tetap tidak diizinkan untuk dibawa, hingga akhirnya jenazah dikremasi.

Entah ada hubungannya atau tidak, namun selepas perhelatan yang mendatangkan banyak orang dari luar daerah ke Kota Kendari beberapa hari kemudian terjadilah lonjakan kasus yang cukup signifikan, di atas 100 kasus dalam sehari dan menyebabkan BOR rumah sakit 100%, demikian pula kasus meninggal dunia karena Covid juga meningkat tajam termasuk beberapa orang penting di daerah, yang diantaranya istri Gubernur dan seorang Wakil Bupati.

Dan kembali tahun ini, saat keadaan Covid terkendali dengan zero kasus, Kota Kendari kembali menjadi tuan rumah event nasional yakni Hari Pers Nasional 2022, entah ada hubungan atau tidak, faktanya kasus harian cukup tinggi dalam 1 minggu belakangan ini, dengan kisaran 100-200 kasus positif dalam sehari, untuk ukuran Kota Kendari yang berpenduduk 345.110 jiwa jumlah kasus yang terjadi ini cukup besar, kini rumah-rumah sakit telah mulai terisi, bahkan rumah sakit kota Kendari yang memiliki kapasitas 26 tempat tidur perawatan intensif Covid, sudah terisi penuh.

Dan dari sampel pemeriksaan Covid yang dikirim untuk diperiksa di Makassar, karena di Kendari belum tersedia, tujuh sampel yang dikirim, semuanya positif varian Omicron. Dan dari pengalaman saat gelombang kedua tahun yang lalu, bahwa data kasus positif yang ada itu hanya puncak gunung es, sementara banyak kasus lain yang tidak terkonfirmasi karena keengganan penderita untuk memeriksakan diri terutama yang bergejala ringan apalagi yang tanpa gejala.

Memang sesungguhnya Covid ini sudah tidak seseram saat gelombang pertama dan kedua, selain karena tingkat vaksinasi yang telah terealisasi sudah di atas 60 persen, juga tingkat keparahan yang menurut para ahli lebih ringan dari varian Delta dan kenyataannya memang demikian. Ini semua menjadikan kita tidak perlu lagi cemas apalagi panik menghadapi datangnya gelombang ketiga, akan tetapi ini tidak boleh sama sekali mengendurkan kewaspadaan kita terhadap serangan gelombang ketiga, yang jika tidak terkontrol sebagaimana mestinya bisa saja akan merugikan kita semua.

Sebelum terlambat, khususnya pemerintah sebagai pemegang otoritas untuk mengatur masyarakat sebaiknya segera memperketat urusan-urusan yang berpotensi semakin mempercepat penularan Covid. Perjalanan-perjalanan keluar daerah terutama ke daerah yang tingkat penularannya cukup tinggi sebaiknya dibatasi, termasuk kegiatan-kegiatan yang berpotensi mengumpulkan orang banyak sebaliknya dilakukan secara online.

Ingat, keseriusan bahaya Covid ini bukan hanya semata-mata tentang kesehatan, tapi sangat jauh mempengaruhi perekonomian dan juga kehidupan sosial dan budaya kita, dimana ancamannya tidak lagi bersifat lokal tetapi sudah Internasional, melonjaknya kasus yang tak terkendali pasti akan berdampak secara Internasional bagi perekonomian kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun