Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menatap Laga Final, Mentalitas Garuda Telah Teruji di Semifinal

29 Desember 2021   10:10 Diperbarui: 29 Desember 2021   10:21 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selangkah lagi Timnas Indonesia yang diasuh Shin Tae-yong akan mewujudkan impian panjang pasukan Garuda untuk menjuarai piala AFF Suzuki Cup yang dulu bertitel Piala Tiger. Apakah penantian panjang di final ke enam ini bakal terwujud.? Sepertinya jawabannya adalah "ya", Timnas kita memiliki modal yang cukup untuk menggapai impian itu.

Semakin hari Timnas merah putih semakin matang, variasi permainan juga semakin variatif dan dinamis, harus diakui bahwa pelatih Shin Tae-yong mampu meracik timnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tim.

Meski masih ada yang meragukan kualitas Asnawi Mangkualam Bahar dan kawan-kawan, terutama dengan melihat hasil partai semifinal leg 2 menghadapi Singapura yang oleh sebagian orang dicibir "karena nyaris kalah" melawan 9 pemain Singapura.
Yah, orang-orang hanya melihat dan menilai 9 orang dan bahkan 8 orang pemain lawan yang nyaris membuat Timnas Indonesia kalah, dan ini mereka anggap sebagai bukti lemah dan kurangnya kualitas Timnas Indonesia.

Padahal yang terjadi tidaklah sesederhana itu, harus diingat bahwa melawan Singapura di semifinal leg 2 tersebut saat kick off babak pertama yang ada adalah 11 melawan 11. Perubahan menjadi melawan 10,9 dan bahkan 8 pemain adalah akibat dari tekanan tinggi dari permainan di lapangan. Yah sekali lagi, ini akibat dari kuatnya tekanan yang dihadapi pasukan The Lions dari Timnas Garuda.

Yang juga perlu diingat adalah dimana laga ini dilangsungkan.? Timnas merah putih dua kali harus bermain di hadapan publik "tuan rumah", meski format pertandingan tandang-kandang tapi yang dilakoni Timnas Indonesia melawan Singapura ini semuanya adalah tandang. Dan faktor ini sangat penting untuk dipahami bahwa bermain tandang itu punya tantangan tersendiri, makanya dalam aturan resmi FIFA gol tandang itu punya nilai lebih jika dibandingkan dengan gol kandang. Jadi dalam hal ini Timnas Singapura sangat diuntungkan dengan posisi mereka sebagai tuan rumah Piala AFF 2020 ini.

Dari laga semifinal melawan Singapura, khususnya leg 2 inilah kita bisa melihat mentalitas Timnas secara keseluruhan, bahwa secara tim anak asuh Shin Tae-yong ini telah memiliki mentalitas dan kualitas permainan sebagai juara.

Betapa tidak bermain dihadapan publik tuan rumah kita bisa unggul cepat di menit ke-11, menguasai jalannya pertandingan dan membuat tim tuan rumah bekerja keras hingga harus bermain keras untuk menghadapi tekanan dan juga untuk memprovakasi mental Asnawi dkk agar tersulut emosinya.

Hal inilah yang membuat akhirnya Singapura harus menerima konsekwensi logis dari permainan keras yang mereka tunjukkan dengan keluarnya kartu kuning kedua  bagi Shafuan Baharuddin. Tapi disisi lain provakasi mereka atas emosi pemain Indonesia berhasil dengan baik sehingga konsentrasi Fachruddin, Rahmat Iriyanto yang diprovokasi oleh Shafuan dan pemain Singapura lainnya terganggu hingga menyebabkan lubang kecil yang bisa dimanfaatkan Song Ui-young untuk menciptakan gol penyeimbang.

Sejatinya bermain dengan 10 pemain bukanlah kiamat bagi sebuah tim, hanya saja akan sedikit berpengaruh pada keseimbangan untuk bertahan dan menyerang. Dengan 10 pemain, tim yang butuh mencetak gol tentu akan lebih memprioritaskan bermain menyerang dengan konsekwensi lini pertahanan akan rapuh, demikian pula sebaliknya jika tim hanya butuh untuk tidak kebobolan, maka lini pertahanan menjadi prioritas utama dan hanya menunggu kesempatan mencuri gol melalui serangan balik.

Dengan kedudukan imbang 1-1 Singapura tentu tidak begitu penting dengan mencetak gol, konsentrasi mereka tentu ke pertahanan dengan strategi bertahan yang lebih rapat, kondisi ini justru lebih memperkuat pertahanan Singapura ketimbang jika bermain normal 11 pemain. Namun Indonesia dengan spartan terus menekan Singapura yang all out bertahan, hingga untuk mengamankan gawangnya dari kebobolan palang pintu terakhir Singapura Irfan Fandi harus rela menerima kartu merah langsung usai melanggar Irfan Jaya.

Jika saja Irfan Fandi tidak melanggar Irfan Jaya, maka Irfan Jaya akan berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang dan tentu bukan hal yang sulit untuk menceploskan bola, dan jika skor berubah 2-1 saat itu tentu warna permainan akan lain, Singapura akan bermain lebih terbuka dan Indonesia kemungkinan besar akan mencetak lebih banyak lagi gol.

Kondisi dan situasi 11 melawan 9 bagi Indonesia, tentu sangat positif, akan tetapi ini juga berdampak pada konsentrasi beberapa pemain yang sedikit terganggu. Satu peluang free kick dimanfaatkan maksimal oleh Shahdan Sulaeman, gol tendangan bebas Shahdan ini bukan tentang 11 lawan 9, bahkan dua lawan 11 pun gol seperti ini bisa tercipta.

Disinilah kualitas Timnas Indonesia seutuhnya diuji, 15 menit terakhir menghadapi tuan rumah yang sudah unggul dan didukung eforia penonton, pertahanan rapat yang serapat-rapatnya seperti tembok berusaha dijebol oleh Egy Maulana Vikri dkk, dan gol Arhan menjawab tantangan itu, ini bukan perkara 11 melawan 9, ini adalah masalah determinasi yang kuat dari semua pemain Timnas Indonesia untuk menang.  

Dan ujian mental terbesar bagi skuad merah putih, adalah hadiah penalti bagi Singapura di menit yang sangat krusial, 1 menit menjelang laga berakhir, apalagi jelas melalui tayangan ulang Arhan sebenarnya lebih dahulu menghalau bola dan ini bukanlah pelanggaran, namun wasit tetap bersikukuh memberikan penalti. Bisa dibayangkan rasa frustrasi karena merasa dirampok wasit, penalti di menit terakhir yang apabila berhasil tentu hampir mustahil untuk bisa membalas.

Jika saja Timnas Indonesia bukan Nadeo Argawinata dkk, saat itu pertandingan sudah berakhir. Tapi saat itu seluruh tim dengan semangat dan mental baja masih percaya dan saling menguatkan bahwa kita belum kalah, dan itu bisa dibuktikan oleh ketenangan Nadeo yang secara brilian membaca arah bola dan menepis tendangan Faris Ramli yang mengarah ke sudut yang sulit di kiri bawah gawang Nadeo.

Sekali lagi jangan meremehkan Timnas Garuda, jika kita pernah memiliki timnas-timnas terbaik, maka mereka inilah salah satunya.
Kita harus percaya bahwa pelatih Shin Tae-yong beserta timnya telah melakukan evaluasi menyeluruh untuk menghadapi laga final malam nanti dan Sabtu 1 Januari 2022 mendatang. Thailand mungkin lawan yang kuat tapi Indonesia juga adalah lawan yang lebih kuat, saatnya Timnas pulang bersama piala AFF Suzuki Cup 2020. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun