Kejadian ini sudah lama berlalu tapi masih lekat dalam ingatan, hingga saat ini jika melihat mobil jenazah saya masih sering merinding kalau mengingat kejadian mistis yang saya atau kami dan kawan-kawan alami.
Saat itu kami masih kuliah di kota Malang, kejadiannya tahun 1989. Waktu itu kebetulan seorang kawan kami mengalami musibah, kena tikam oleh seorang preman yang menyebabkan kawan kami itu meninggal dunia.
Kawan kami yang kena tikam tersebut, sebenarnya hanya bermaksud melerai perselisihan antara seorang kawan kami dengan si preman, tapi tak disangka secara licik si preman itu malah menusuk kawan kami itu dari belakang, sempat memberikan perlawanan tapi si preman melarikan diri. Karena merasa terluka, kawan kami tak mengajar lagi, tapi segera minta diantar ke rumah sakit.
 Dengan menumpang sepeda motor berangkatlah ke rumah sakit Syaiful Anwar Malang, ternyata lukanya agak parah, malam itu juga sekitar pukul 1 malam dilakukan operasi, namun usai operasi hingga esok pagi, kondisi kawan kami malah semakin drop, dari observasi ternyata masih ada bleding yang belum tertangani sehingga harus dilakukan operasi kembali.
Ternyata di bagian limpa teman kami itu ada luka yang tidak terlihat, dan terus berdarah hingga saat diketahui, limpa sudah rusak dan demi menyelamatkan terpaksa limpa harus diangkat. Meski para dokter telah melakukan upaya maksimal, namun karena ajal memang sudah harus sampai disitu, kawan kamipun meninggal dunia.
Dalam keadaan shock dan bingung kami tetap tegar untuk mengurus segala administrasi dan urusan untuk membawa pulang jenazah kawan kami, beruntung Ibu kost kawan kami siap menerima jenazah kawan kami untuk disemayamkan di rumahnya.Â
Sore hari itu juga orangtua almarhum tiba dari Kendari, dan ikhlas menerima duka yang dialami, kemudian disepakati untuk membawa jenazah pulang ke kampung halaman. Saat itu penerbangan belum seperti saat ini, untuk menuju ke Kendari dari Surabaya, hanya ada jadwal sekali dalam sehari itupun penerbangan subuh, jam 5.00.
Dengan gerak cepat alhamdulillah urusan pemulangan berjalan lancar, hanya saja saat akan dimasukkan ke dalam peti, baru disadari jika limpa almarhum yang dikeluarkan oleh dokter kelupaan diambil di rumah sakit. Karena nggak ada yang berani pergi mengambil, masalahnya saat itu jam 11 malam, dan kota Malang belum seramai sekarang.Â
Saya bersama seorang kawan kebagian tugas untuk pergi mengambil sisa operasi almarhum yang tertinggal di kamar jenazah rumaah sakit Saiful Anwar, berangkat ke rumah sakit dan alhamdulillah, ternyata oleh petugas, limpa sisa operasi almarhum mereka amankan dan simpan karena mereka yakin pasti kami akan datang mengambil. Dengan sedikit gemetar menyusuri lorong-lorong rumah sakit yang temaram, sambil membawa sisa operasi kawan kami, seperti ada yang mengikuti langkah kami, bahkan saat sudah di atas motorpun masih terasa ada bayangan yang mengikuti hingga sampai ke rumah duka.
Setelah sampai, langsung bergegas memasukkan jenazah ke dalam peti, saat itu sudah jam 12 malam, sementara jam 2 malam jenazah sudah harus ada di Bandara Juanda, karena masih banyak urusan administrasi yang harus diselesaikan di Bandara. Hampir pukul 1 malam jenazah siap diberangkatkan, dan satu hal yang biasa dari dulu hingga sekarang adalah momen foto-foto, nah waktu itu HP belum ada, untuk mengambil gambar masih pakai kamera dengan rol film.
Satu keanehan saat memotret dengan latar belakang mobil jenazah, blitz kamera tidak mau menyala, tapi jika memotret tanpa mengambil gambar mobil jenazah, kamera berfungsi dengan baik. Tapi karena sedang terburu-buru, belum ada yang menyadari keanehan ini. Begitulah kami pun berangkat membawa jenazah menuju ke Bandara Juanda, Bandara Abdul Rahman Saleh waktu itu masih belum ada penerbangan sipil.Â
Sesampai di Bandara setelah semua urusan administrasi selesai, karena membawa jenazah, maka jenazah harus lebih dulu dimasukkan ke pesawat sebelum penumpang pesawat naik, jadi meski berangkatnya jam 5, tapi jam tiga peti jenazah sudah harus dinaikkan ke bagasi pesawat, saat itu Bandara masih gelap dan belum ada aktifitas penerbangan.
Nah saat menunggu bagasi pesawat dibuka oleh petugas, kami kembali sempatkan untuk mengammbil foto, nah kejadian tadi kembali terulang, jika mengambil gambar yang ada mobil jenazahnya pasti blitz kamera tidak menyala, dicoba satu, dua kali tidak menyala, begitu mengambil gambar yang tidak ada mobil jenazahnya kamera berfungsi dengan baik, karena sedikit merinding dan juga penasaran, kami coba berulang-ulang kali tetap saja tidak berhasil, sampai rol kamera yang berisi 36 klise habis, semua potret yang ada mobil jenazahnya tidak bisa diambil. Â
Begitu jenazah telah masuk ke dalam pesawat, dan kami harus kembali, yang tadinya datang naik mobil jenazah, pulangnya tidak ada yang mau ikut mobil jenazah lagi, kami balik ikut petugas Bandara.
Setelah klise foto dicuci, hanya beberapa foto yang jadi, dan tidak ada satupun gambar mobil jenazah yang terekam kamera. Sepertinya tidak masuk di akal, apa hubungannya mobil pengangkut jenazah dengan hantu, tapi begitulah, keanehan yang saya dan kawan-kawan alami sangat nyata, kamera yang kami gunakan adalah kamera baru dan yang terbaru, semua yang kami potret yang tanpa mobil jenazah tidak ada satupun yang rusak, tetapi potret yang ada mobil jenazahnya tidak ada satupun yang jadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI