Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketepatan Antisipasi Anomali Iklim, Bisa Meminimalisir Dampak

2 September 2021   22:08 Diperbarui: 2 September 2021   22:11 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi petani, hal yang paling tidak diharapkan saat sedang musim tanam adalah banjir dan kekeringan, dua hal yang saling bertolak belakang tapi dari sumber yang sama yaitu air.

Secara umum di Indonesia musim penghujan terjadi antara bulan Oktober -- Maret, dan musim kemarau di bulan April -- September , namun kini seringkali terjadi anomali iklim yaitu pergeseran musim dari rata-rata normalnya. 

Anomali iklim di Indonesia ini dipengaruhi empat faktor yang dominan yakni suhu permukaan laut di Fasifik, arah angin, beda tekanan udara permukaan di Darwin dan Tahiti, serta Indian Ocean Dipole.

Nah, bulan September ini bisa jadi merupakan puncak kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, setelah bulan Agustus kemarin yang diprediksi sebagai puncak kemarau namun tidak terjadi.

Pola hujan di Indonesia yang terbagi dalam tiga pola yakni pola monsunal, pola ekuatorial dan pola lokal, namun yang dominan mempengaruhi adalah pola monsunal, dan pola monsunal ini juga paling terpengaruh dengan anomali iklim.

Bagi kami yang kebetulan bekerja di bidang yang menangani Irigasi, memasuki musim kemarau merupakan saat-saat yang sibuk, sebagai langkah mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi

untuk menekan kerugian bagi petani, kejadian yang terkait anomali iklim ini harus kami antisipasi secara dini.

Kami di kota Kendari yang punya dua daerah irigasi (DI) yaitu DI Amohalo seluas +/-900 Ha dan DI Labibia seluas +/- 450 Ha. Persoalan yang kami hadapi juga sama. Saat hujan, banjir merendam sawah, kalau banjirnya mengenang cepat mungkin masih ada yang bisa dipanen.

Jika kemarau apalagi terjadi saat tanaman masuk fase reproduktif (primordia bunga sampai pembungaan) pemberian air perlu diprioritaskan selama fase reproduktif yang merupakan fase sensitif kekurangan air, dengan memperhatikan besarnya laju penguapan dan juga  kelembaban tanah serta sistem irigasi yang digunakan.

Antisipasi yang kami lakukan biasanya memang sedikit lebih serius dan intens saat menghadapi musim kemarau yang disebabkan oleh El Nino hal dikarenakan kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan oleh El Nino ini lebih serius daripada apa yang disebabkan oleh La-Nina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun