Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudah Saatnya Meninggalkan Lomba Primitif di Perayaan 17-an

16 Agustus 2021   08:05 Diperbarui: 17 Agustus 2021   14:01 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 76 tahun Indonesia merdeka, dan hampir setiap tahun kita selalu merayakannya, mulai dari seremonial resmi versi pemerintah dari tingkat pusat sampai ke daerah, hingga  perayaan non formal namun bernuansa "wajib" yakni acara 17-an yang dirayakan secara meriah hingga ke tingkat RT.

Lalu apa sih, yang banyak kita lakukan dalam memeriahkan peringatan kemerdekaan negeri ini.?

Jawabannya sudah basi, peringatan kemerdekaan kita selalu berkutat dengan lomba yang dari dulu hingga kini masih berputar dari panjat pinang, makan kerupuk, lari kelereng, tarik tambang, lari karung, dan nangkap itik atau ikan lele.

Kalau ada yang baru paling banter lomba karaoke, joget balon, dan hal-hal yang bersifat lucu untuk ditertawakan secara ramai-ramai sebagai ungkapan rasa syukur atas kemerdekaan yang telah kita rasakan.

Lomba-lomba seperti itu sudah ada sejak hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-2 belum diganti hingga saat ini.

Nah, kebetulan dua tahun terakhir ini, peringatan kemerdekaan kita "rusak" oleh pandemi covid-19, yang mengharuskan kita menjaga jarak dan menghindari kerumunan, momentum ini harusnya membuka mata kita untuk tidak lagi selalu terjebak dalam seremonial tradisional yang dari tahun ke tahun dengan bangga kita pertahankan seperti lomba panjat Jambe.

Ini sudah jaman milenial, anak muda milenial bahkan sudah masuk jadi bagian di istana kepresidenan, anak muda milenial sudah bermain di bisnis teknologi milenial yang sudah merambah hampir ke setiap pelosok kota bahkan ada yang sudah menyentuh desa.

Sungguh sesuatu yang sangat ironis, anak-anak muda kita dari pelajar hingga mahasiswa telah menjuarai event olimpiade internasional di bidang matematika, fisika dan ilmu pengetahuan alam, perguruan tingginya sudah bercita-cita masuk kedalam jajaran gold class university. Perguruan tinggi penemu hak patent dan Hadiah Nobel sementara lomba 17-an di negeri kita, masih berkutat dengan lomba primitif.

Belum pernah ada ide lomba 17-an di tingkat RT yang bernuansa teknologi yang dilombakan, sesuai dengan era saat ini misalnya lomba merancang robot perang, lomba membuat drone, lomba membuat rocket, lomba membuat applikasi HP dan game atau lomba membuat kendaraan hybrid, lomba membuat bahan bakar terbarukan atau lomba apa saja yang berkaitan dengan teknologi masa kini dan masa datang yang bisa memicu dan memacu kreativitas.

Jangan sampai tradisi peringatan, perayaan kemerdekaan ini menjadikan kita kontraproduktif, memasung nilai-nilai keilmuan dan kreativitas bangsa yang sedang semangatnya berkompetisi dengan bangsa lain untuk mengembangkan teknologi mutakhir.

Yuk, sudah waktunya anak bangsa ini mendesain dan membudayakan peringatan hari kemerdekaan kita dengan lomba yang menantang kemampuan keilmuan dan kreativitas warga negaranya yang sebenarnya tidak kurang memiliki kemampuan dengan bangsa manapun di dunia ini.

Apakah usia 76 tahun belum cukup untuk meninggalkan seremonial primitif di ulang tahun kemerdekaan.?. Sepertinya kita harus mulai mencoba meninggalkannya, mulai dari lingkup keluarga seperti saat ini dengan paling tidak mengenalkan pentingnya penguasaan teknologi.

Nasionalisme bangsa ini masih terlalu murah nilainya jika kita masih menikmati panjat pinang dan lomba makan kerupuk di saat bangsa lain sudah menjadikan teknologi sebagai basic dalam berkompetisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun