Perseteruan Maverick Vinales dengan tim Monster Yamaha semakin memanas, meski telah resmi diputuskan bahwa 2021 merupakan tahun terakhir kebersamaan Vinales dan Yamaha, namun saling ketidakpercayaan diantara mereka seperti api di dalam sekam.
Harmonisasi kerja tim yang merupakan syarat mutlak dari profesionalisme kerjasama dalam olahraga apapun, sudah tidak berlaku lagi dalam hubungan mereka, tidak ada lagi chemistry yang bisa dibangun untuk menghasilkan prestasi maksimal antara kedua belah pihak.
Hubungan sekarang tidak lebih hanya untuk menyelesaikan kontrak yang akan segera berakhir, Yamaha dan juga Vinales berjalan dalam kepentingan yang tidak lagi saling mendukung satu lain sebagai sebuah tim.
Kabar terbaru Maverick Vinales harus absen dari MotoGP Austria, dan absennya Vinales ini oleh karena hukuman yang dijatuhkan oleh timnya sendiri Monster Energy Yamaha.
Hukuman yang dijatuhkan kepada Vinales mungkin merupakan satu-satunya hukuman yang pernah dijatuhkan kepada pebalap oleh timnya sendiri.
Pasalnya hukuman yang diberikan memang merupakan kesalahan konyol yang tidak semestinya terjadi di level olahraga profesional seperti MotoGP, apalagi oleh pebalap dari tim profesional sekelas Vinales.
Vinales yang saat tampil pada balapan MotoGP Styria di Red Bull Ring Circuit diketahui mengutak-atik motornya sendiri di balapan pekan lalu itu.
Sempat mengawali balapan dengan baik dan berada di barisan depan, namun usai restart menyusul insiden yang dialami Pedrosa. Penampilan Vinales menurun sangat drastis. Ia saat itu sampai harus memulai balapan dari pit karena motornya bermasalah saat warm up. Dan hasilnya sebagaimana kita tahu Vinales finish terbawa tanpa mendapatkan poin.
Tim Yamaha pun melakukan investigasi internal dan diketahui kalau Vinales ternyata mengutak-atik settingan motor YZR-M1 miliknya. Utak-atik Vinales ini dinilai ilegal oleh Yamaha sehingga membuat mesin motor menjadi rusak.
Hal konyol yang dilakukan oleh Vinales ini memang sangat beresiko, bukan saja bagi Vinales sendiri tapi juga bagi pebalap lain yang bisa saja mengalami accident akibat kerusakan engine yang tidak terprediksi karena diutak-atik bukan atas pertimbangan teknis tim pit yang memang ada di semua tim MotoGP.
Terlepas dari semuanya, ini jelas menggambarkan bahwa ketidak harmonisan Vinales dan Yamaha sudah mencapai puncaknya, kesalahan kelas pebalap jalanan yang dilakukan Vinales tidak serta merta terjadi jika komunikasi dan saling mendukung secara profesional masih dipertahankan baik oleh Vinales sendiri maupun di tim Garpu tala.
Hukuman larangan tampil dan tanpa pengganti yang dijatuhkan oleh Yamaha semakin memperuncing perseteruan itu.
Meski saat ini Yamaha masih berada di atas angin dengan posisi Fabio Quartararo yang aman memimpin klasemen, tapi bukan tidak mungkin ada hal-hal non teknis yang bisa saja tiba-tiba dibutuhkan oleh tim Monster Energy Yamaha dari seorang Maverick Vinales.
Yamaha dan Vinales sepertinya tetap perlu merefleksikan kembali kebersamaan mereka walaupun memang sudah dapat dikatakan putus, tapi secara profesional kedua pihak harus memberikan yang terbaik terhadap kontrak yang pernah mereka perjuangkan bersama.
Vinales yang akan meninggalkan Yamaha akhir musim ini karena menganggap tim tidak mendukung dan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dukungan dan perlakuan tim yang lebih fokus ke Quartararo. Maverick Vinales saat ini ada di posisi keenam klasemen MotoGP 2021 dengan 95 poin.
Vinales memulai kiprahnya bersama Yamaha pada musim 2017, setelah dua tahun sebelumnya memperkuat Suzuki. Keinginan menjadi juara dunia MotoGP tentulah merupakan alasan utama di balik keputusannya bergabung bersama pabrikan garpu tala asal Jepang itu.
Awal kiprahnya bersama Yamaha, Maverick langsung tampil impresif dan menjanjikan lewat dua kemenangan di seri pembuka Qatar, dan berlanjut pada podium tertinggi di Argentina, Vinales pun langsung menjadi salah satu pebalap yang diperhitungkan mampu meraih trophy juara dunia MotoGP.
Namun dominasi Honda bersama Marc Marquez serta penampilan impresif Andrea Dovizioso, sepanjang musim hingga musim 2019, membuat Maverick "top gun" Vinales kalah bersaing, bahkan tahun lalu ia hanya menghuni peringkat keenam klasemen akhir MotoGP 2020.
Situasi yang dihadapi Vinales pun semakin diperburuk oleh kehadiran ikon baru Yamaha Quartararo sejak awal 2021. Meski menang di Qatar, Vinales kedodoran mengimbangi El Diablo, yang kini sudah mengoleksi empat kemenangan.
Kebersamaan Vinales bersama Yamaha memang harus berakhir. Lima musim membela Monster Energy Yamaha, total 24 podium yang dikumpulkannya, termasuk 8 kali kemenangan serta 13 kali pole position. MotoGP 2017 dan 2019 menjadi raihan terbaiknya, yakni peringkat ketiga klasemen akhir.
Catatan yang minim memang bagi ekspektasi awal yang diharapkan dari Vinales, namun kebersamaan mereka tidak dapat dipungkiri juga telah memberi banyak pencapaian yang dibutuhkan oleh Yamaha untuk membangun tim yang kuat.
Bagi Vinales, komitmen Managing Director Yamaha, Lin Jarvis yang mengatakan
"Yamaha akan berusaha maksimal -- seperti yang selalu kami lakukan -- untuk memberikan dukungan penuh kepada Maverick dan menyelesaikan musim ini dengan cara terbaik."
Itu tinggallah komitmen kosong, yang bahkan membuatnya harus berlaku konyol mengutak-atik sendiri motornya demi meraih kemenangan.
Aroma dendam akan mewarnai musim 2022 antara Yamaha dan Vinales bersama Aprilia, dan itulah satu-satunya hal paling menarik yang bisa kita tunggu dari perseteruan antara Maverick "top gun" Vinales dan Yamaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H